Ev : Psalm (Mzm) 99 : 1 -7 Ep : Pang (Why) 19 : 6 - 10
Mazmur ini merangkumkan dan mendefinisikan ulang tema kedaulatan Allah. Mengingat situasi dunia yang jauh dari benar, adil dan damai, mazmur ini juga mengarahkan pengharapan umat Tuhan pada kedatangan penghakiman akhir Allah kelak, dan mendorong umat untuk hidup di bawah kendali Allah.
Tuhan diyakini dan dipuji sebagai sebagai Raja yang Mahabesar yang menguasai segala bangsa, yang mencintai hukum dan keadilan, yang menjawab seruan permohonan dan mau mengampuni, dan yang nyata kekudusanNya. Kepada Tuhan yang demikian, pemazmur mengajak umat untuk memuji Tuhan, meninggikan Tuhan dan menyembahNya. Namun tidak cukup hanya di situ, meninggikan Tuhan dan menyembah Tuhan memang sepertinya terkesan abstrak, karena itu pemazmur menjelaskan lebih lanjut bagaimana caranya meninggikan dan menyembah Tuhan. Pemazmur menyebutkan nama para pendahulunya seperti Musa, Harun dan Samuel sebagai orang-orang yang berseru kepada Tuhan dan berpegang pada peringatan-peringatanNya. Mereka terbukti menjadi orang yang selalu berdoa bagi bangsa yang dipimpinNya dan menjaga firman Tuhan tetap hidup dalam diri mereka sebagai para pemimpin bangsa. Mereka ini menjadi teladan bagaimana seseorang dapat menyatakan kebesaran dan kekudusan Tuhan, yaitu dengan cara hidup berpegang pada hukum/firman Tuhan. Renungan hari ini mengingatkan kita bahwa terkadang memang tidak sulit untuk mengakui kebesaran dan kekudusan Tuhan, kita dapat setuju dan mengaminkan dalam pikiran dan perkataan. Namun ternyata pengakuan itu tidak sejalan dengan cara hidup kita yang tidak kudus dan tidak membesarkan nama Tuhan. Tidak cukup hanya dengan mulut yang mengucap syukur, atau dengan kata-kata semata, melainkan dengan seluruh hidup kita yang mau berpegang pada firman Tuhan. Hanya dengan hidup seperti Kristus, kita mengakui bahwa Allah itu kudus dan Mahabesar. Apalah arti sebuah pengakuan yang tidak dibarengi dengan dalam keseharian.
Kebesaran, kedahsyatan, kedaulatan, dan semua sifat Allah yang disoroti sebelumnya dan juga di sini, kini disarikan dengan tegas: “Kuduslah Ia!” (ayat 3,5,9). Penegasan tentang kekudusan Allah ini menyimpulkan tiga bagian yang mengulas tentang Allah. Pertama, Allah adalah Raja yang besar, agung, dan misteri-Nya ada di luar jangkauan manusia (ayat 1-3). Kedua, Allah adalah Raja yang kuat, mencintai hukum, melakukan keadilan, menegakkan kebenaran (ayat 6-9). Ketiga, Allah adalah Raja yang menjawab umat-Nya dengan anugerah dan tuntutan ketaatan (ayat 6-9).
Keadilan Tuhan Hukum di Indonesia dapat dibeli dengan uang. Perbuatan
yang salah bisa menjadi benar dan yang benar bisa menjadi salah.
Adakah pemerintahan yang adil di dunia ini? Tentunya tidak ada. Akan
tetapi, kita bisa berbesar hati karena Mazmur 99 mengajarkan kita
tentang keadilan Tuhan.
Mazmur 99 juga sangat gamblang berbicara mengenai hukum dan kebenaran
Tuhan. Secara garis besar mazmur ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu
ay. 1-5 dan ay. 6-9. Pada setiap akhir bagian terdapat kalimat yang
sama, yaitu meninggikan dan menyembah Tuhan sebab Dia kudus (ayat
5,9). Apa yang menjadi isi dari kedua bagian tersebut?
Bagian pertama adalah ajakan untuk menyatakan bahwa Tuhan adalah Raja
sehingga Ia layak untuk disembah. Pemerintahan Tuhan dengan dunia
sangat berbeda. Takhta Tuhan membuat seluruh bumi goyang (ayat 1)
karena Dia mengatasi semua bangsa. Inti sari bagian pertama ini
adalah Tuhan mencintai hukum dan menegakkan kebenaran (ayat 4).
Kekuatan dan kekuasaan Tuhan dipakai untuk menyatakan hukum dan
kebenaran, bukan untuk menindas. Umat Israel telah mengalaminya
sepanjang sejarah mereka.
Dalam bagian kedua, pemazmur mengingat para pemimpin Israel yang
telah merespons Tuhan dengan benar. Musa, Harun, dan Samuel adalah
orang-orang Israel yang dikenal karena doa mereka. Mereka mendengar
suara Tuhan dan menaati setiap perintah Tuhan (ayat 7). Penyebutan
ketiga tokoh ini juga mengingatkan pengalaman bangsa Israel di padang
gurun. Dalam pengalaman tersebut, hukuman dan pengampunan selalu
menyertai sejarah bangsa Israel (ayat 8).
Sama seperti Israel, kita diingatkan kembali bahwa Raja yang
sesungguhnya adalah Tuhan. Pengampunan dan penghukuman-Nya secara
adil akan selalu menyertai umat Tuhan maka kita perlu belajar
merespons Dia seperti para hamba Tuhan masa lampau.
Kebesaran, kedahsyatan, kedaulatan, dan semua sifat Allah yang disoroti sebelumnya dan juga di sini, kini disarikan dengan tegas: “Kuduslah Ia!” (ayat 3,5,9). Penegasan tentang kekudusan Allah ini menyimpulkan tiga bagian yang mengulas tentang Allah. Pertama, Allah adalah Raja yang besar, agung, dan misteri-Nya ada di luar jangkauan manusia (ayat 1-3). Kedua, Allah adalah Raja yang kuat, mencintai hukum, melakukan keadilan, menegakkan kebenaran (ayat 6-9). Ketiga, Allah adalah Raja yang menjawab umat-Nya dengan anugerah dan tuntutan ketaatan (ayat 6-9).
Meskipun kedaulatan Allah bersifat universal, namun kedaulatan itu mulai dari pusatnya, yaitu di tengah umat Allah (ayat 1-3). Ini dinyatakan dengan menyebut “Sion’ dan “kerub-kerub” (menunjuk pada tabut perjanjian yang di atasnya dibuat patung kerub). Kekudusan Allah dinyatakan di dalam dan dipancarkan ke seisi dunia mulai dari umat-Nya sendiri. Kekudusan Allah itu menjelaskan kebesaran Allah sebagai hal mencintai hukum dan menegakkan keadilan (ayat 4-5). Dengan demikian, kekudusan yang dalam arti harfiahnya adalah terpisah, kini mendapatkan definisi baru. Allah juga terlibat di dunia dan mewujudkan kebenaran agar manusia berelasi dengan-Nya. Bagi Allah yang demikian, kegentaran bersanding dengan ketaatan dan kasih kepada-Nya. Dari sini lahir kehidupan yang selalu ingin memuliakan Allah (ayat 8-9).
Pangarimpuni :
1. Debata do raja jala na songkal, gok hatimbulon ni hagogoonNa do liat portibi on
2. Ibana hot uhum dohot mangkaholongi hatigoran di tonga-tonga ni hajolmaon
3. Ganup jolma ingkon marsomba tu Debata jala marsinggang diadopannNa
4. Dialusi Debata do na jou-jou tu Ibana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar