JUBILEUM 150 TAHUN HKBP

JUBILEUM 150 TAHUN HKBP

09 April 2009

MEMPERINGATI SENGSARA YESUS (PASSION) II


Beberapa hari ini (biasanya 2-3 hari) kita datang ke Gereja untuk memperingati kesengsaraan yang harus dilalui Tuhan kita Yesus Kristus (Passion). Passion berasal dari kata latin patioryang berarti" to suffer/untuk menderita".  Penemuan Arkeologi ditambah dengan pengetahuan medis sekarang ini memberikan  gambaran lebih jelas tentang bagaimana Yesus menderita untuk mencintai kita.

Dari taman Getsemani, kita tahu bahwa Yesus berdoa dengan sangat menderita(Luk 22:44) sampai keringat berubah menjadi darah.  Medical science membuktikan bahwa seseorang dapat mengeluarkan keringat darah waktu dalam keadaaan yang sangat emotional.  Kondisi ini dinamakan" Hematidrosis atau hemohidrosis".  Ini dikarenakan oleh pendarahan pada kelenjar keringat.

Bapa di Surga tidak pernah meninggalkan dia, dan Dia mengirim malaikat untuk memberikan kekuatan.(Lukas 22:43)

Yesus dibawa kepada para imam2 kepala dan Kaifas. Dia dihukum mati disitu karena dia menjawab pertanyaan mereka. Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit." (Matius 26:64)

Disini dia dihukum mati karena penghinaan/penghujatan terhadap Tuhan menurut imam2 kepala. Disitu Dia ditampar, diejek, dipukuli. Biarpun mereka menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus, tetapi Imam Kaifas tidak mempunyai wewenang untuk melaksanakan hukuman tersebut.  Maka dari itu mereka berbondong2 datang ke Pilatus sang Gubernur Roma. Karena Gubernur punya wewenang untuk melaksanakan hukuman mati.

Tapi kalo kita perhatikan, betapa curangnya imam2 kepala dan yang lain didepan Pilatus.  Mereka menuduh Yesus: mengajak orang tidak membayar pajak, menyesatkan bangsa, dan mengaku sebagai Raja"

Tentang tuduhan sebelumnya yaitu "menghujat Allah" tidak diungkit2. Karena apa? karena Pilatus tidak perduli kalo ada orang mengaku bahwa dia anak Allah atau seorang Nabi.  Pilatus sebagai gubernur Roma perduli kalo ada orang yang mengganggu integritas bangsa Roma, masalah pajak, penghasutan/provokasi, pengerahan massa, dll. Sama seperti tugasnya Pak Syamsul Arifin, barangkali dia tidak akan perduli kalo ada orang mengadukan bahwa seseorang mengaku sebagai anak Allah. Mungkin dia akan tertawa sambil berkomentar : “kalo itu sudah biasa…tapi kalo ada yang mengaku anak Monyet, baru..rruuaarr biasa” Tetapi sebagai Gubernur Sumatera Utara, dia pasti akan perduli kalo ada orang yang melakukan provokasi atau pengerahan massa yang dapat mengganggu stabilitas Sumatera Utara. Pasti langsung telepon Pak Kapolda atau Pak Pangdam I Bukit Barisan : “Minta tolong Pak…segera diamankan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”

Jadi Pilatus tidak bisa menjatuhkan hukuman apa2 tetapi karena desakan para demonstran, akhirnya dia menjatuhkan hukuman cambuk.  Film The Passion of The Christ hampir pas menggambarkan cambuk-cambuk yang digunakan pada zaman itu . Ada beberapa macam cambuk, tapi yang biasa yang digunakan adalah cambuk yang rada pendek( flagrum atauflagellum) dengan duri/semacam kail yang terbuat dari tulang atau cangkang kerang.  Biasanya orang yang dicambuk dilucuti bajunya dan disuruh tengkurap. dicambuk bagian punggung, pantat, dan kaki.  Kulit dan daging akan terkelupas meninggalkan luka2 yang dalam dan mengalami pendarahan.  Mereka(para algojo) mengatur /menghitung berapa kali cambukan  agar tidak mati dari pendarahan yang berlebihan dan tahan sampai orang itu disalib. Itulah sebabnya…begitu film itu dirilis dan beredar di seluruh dunia, bangsa Israel (Yahudi) memberikan reaksi keras mengatakan bahwa nenek moyang mereka tidak seperti itu. Soalnya penggambaran di film itu begitu kejam memang dan sangat menyayat hati.

Bukan cuman cambuk, Yesus juga dimahkotai duri, diludahi, dan terus diejek.  Yesus mengalami dua penyiksaan yaitu secara jasmani dan psikologis yang lengkap. Salib adalah hukuman yang paling hina dan juga secara psikologi, Yesus difitnah dan juga ditinggalkan oleh teman2nya/murid2nya. Ini membuat moral seseorang menjadi drop dan kita tahu bahwa tubuh dan jiwa bersangkutan satu sama lain.  Tubuh tersiksa kalo jiwa tersiksa dan sebaliknya. Bangsa Roma telah menyempurnakan metode penyaliban ,yang mungkin awalnya dari Persia, untuk membuat mati yang amat perlahan dengan sakit yang sangat. Kita tahu bahwa salib adalah hukuman yang paling hina dan untuk penjahat kelas berat saat itu. Hukuman ini sangat hina sehingga ada peraturan di pemerintahan Roma sekitar tahun 43 BC yang menyatakan bahwa penduduk ber-KTP Roma tidak akan menerima hukuman salib biarpun layak.  Karena itu Paulus yang ber-KTP Roma dihukum penggal bukan disalib.

Untuk lebih menyengsarakan, Yesus memanggul salibnya. Tapi karena berat salib itu sekitar 150 kg, biasanya yang dihukum cuman membawa kayu horizontalnya saja(patibulum) yang berberat sekitar30-70 kg).  Kayu yang vertical biasanya sudah disediakan ditempat eksekusi.  Pengawal/prajurit Roma membawa titulus yang memperlihatkan nama dari terdakwa dan kejahatannya yang kemudian dipaku disalibnya.

Waktu sampai ditempat eksekusi, hukum Roma waktu itu mengatakan bahwa seharusnya terdakwa diberikan anggur asam yang dicampur dengan empedu yang berkasiat sebagai analgesic/pereda rasa sakit.

Yesus kemudian disalib, tangannya direntangkan diatas kayu yang dia bawa, dipaku oleh paku yg panjangnya 7 inch dan diameter 3/8 inch( 1 inch =2.54 cm).  Pakunya dipalu diatas pergelangan tangan untuk support the body weight(kalo ditelapak tangan kurang bisa support body weight).  Demikian juga dengan kakinya, dipaku dan disandarkan pada sandaran kaki yang kecil.

Selama dikayu salib, masyarakat tidak berhenti2 mengejek…jadi siksaan psikologi juga terus berlanjut. Siksaan psikologi juga terjadi saat Yesus ditelanjangi didepan orang banyak tanpa satu helai benang pun.  Untuk menambah beban psikologinya, kadang tentara2 Roma menghadirkan anggota keluarga untuk menontonnya.  Selama dikayu salib, biasanya mereka digantung (tergantung tahannya sampai kapan)tetapi biasanya berkisar dari 3 jam sampai 3 hari.  Sambil kesakitan, lalat dan serangga biasanya hinggap pada luka2 orang yang disalib, pada matanya, hidung telinga,dan kadang burung pemakan daging juga hinggap.

Lama kelamaan orang yg disalib mengalami trauma dari cambukan2 sebelumnya yg mengeluarkan banyak darah, kehausan yang sangat. Sehingga akhirnya badannya yang ditopang oleh kakinya menjadi lemas dan hilang kekuatan. Sehingga badannya menarik kebawah dan karena kakinya sudah lemas, maka sekarang giliran tangan yang dipaku yang support the body weight. Tetapi karena posisi ini sangat menyakitkan, biasanya  posisi sperti ini juga mengakibatkan kesulitan untuk bernafas. Sehingga dia mati perlahan2  dan tentara2 Roma yang ingin mempercepat proses kematian sang terhukum biasanya mematahkan kedua kakinya. Tapi dalam hal ini Yesus tidak dipatahkan kedua kakinya karena ada tertulis nubuat tentang Yesus dikitab suci"Kedua kakinya tidak akan dipatahkan". Ini sejalan dengan peraturan paskah perjanjian lama dimana mereka harus mempersembahkan domba yang tidak bercacat dan “tidak ada tulang yang patah”.

Yesus adalah domba paskah perjanjian Baru. Dulu Tuhan memberikan keselamatan kepada semua rumah yang pintunya dilumuri darah domba paskah, sama dengan sekarang, Tuhan juga memberikan keselamatan yang sempurna kepada setiap mereka "dilumuri" oleh darah anak domba perjanjian baru, yaitu Yesus sendiri.

Setelah kelihatan meninggal, biasanya para prajurit memastikan dengan menusuk lambung sang terhukum dengan tombak. Yesus mengeluarkan air (pericardial fluid) dan darah setelah ditombak.

Dan mayatnya biasanya dibiarkan disalib sampai dimakan binatang/ busuk. Tetapi hukum Roma memperbolehkan pihak keluarga untuk mengambil mayatnya dan dikuburkan seizin dari Gubernur Roma.  Dalam kisah Yesus, Yusuf meminta Izin kepada Pilatus.

Salah satu doa dalam agenda HKBP untuk memperingati “Ari Hamamate ni Tuhan Yesus” berbunyi demikian : “Ale Tuhan Yesus, na mate tarsilang do Ho humophop hami halak pardosa, ala ni holong ni rohaM na godang I di hami! Ajari ma hami paingot-ingot Ho, na targantung di hau na pinarsilang homophop hami…..(dst). 

Memang demikian lah adanya Yesus mau melakukan semuanya itu, karena kita. Cinta dan kasihNya sangat besar bagi kita. Sekalipun dalam perbuatan kita sehari-hari yang berakibat dosa kita telah “menyalibkanNya”, tetapi Dia tidak pernah meninggalkan kita

Di masa Passion ini kita harus mengenang kembali apa yang Tuhan Yesus jalani untuk kita semua. 

Kalo ada orang yang bilang, mengapa saya begitu fanatik ( dalam konteks positif) terhadap agama saya, alasan saya hanya satu :  yaitu karena Tuhan saya begitu fanatick (positif) mencintai saya! Dia rela mati bagi saya, anda, kita sekalian agar beroleh keselamatan.

SELAMAT PASSION

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar