JUBILEUM 150 TAHUN HKBP

JUBILEUM 150 TAHUN HKBP
Tampilkan postingan dengan label PASSION. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PASSION. Tampilkan semua postingan

09 April 2009

Malam ini di Partangiangan Passion, kami memutar film "The Passion Of The Christ"


 

Malam ini setelah kebaktian Passion, kami berencana memutar film “The Passion of The Christ” di Gereja HKBP Sipirok. Diharapkan dengan pemutaran film ini semakin menambah penghayatan jemaat akan kesengsaraan yang harus dilalui Yesus demi menebus dosa manusia. Dulu hal ini saya sarankan kepada Pendeta Ressort sebagai Uluan Huria, agar diprogramkan di Tahun 2009 bersamaan dengan Partangiangan Passion. Kebetulan saya sendiri mengurusi Bidang Koinonia di Huria. Jemaat HKBP Sipirok kecil, hanya 65 kk dan setiap tahun  yang mengikuti Partangiangan Passion setiap malam hanya berkisar 20-an orang itupun 95% adalah Ruas Ina. Ya…begitulah adanya jemaat tertua HKBP, bona pasogit-nya HKBP.

 Apa keistimewaan film yang disutradarai oleh Mel Gibson sehingga sangat mengesankan Paus Yohanes Paulus II dan membuat Billy Graham menitikkan air mata ini? Pada saat film ini dirilis dan diputar di seluruh dunia (kecuali Indonesia) tahun 2004, orang Yahudi menuduh film ini mengobarkan semangat anti-semit ( anti Yahudi ) melalui penggambaran betapa jahat perlakuan kaum Yahudi kepada Yesus sehingga Yesus harus mengalami penderitaan yang begitu hebat bahkan sampai mati diatas kayu salib. Disamping itu majalah NEWSWEEK juga memberitakan terjadinya beberapa mujizat yang terkait dengan film ini, termasuk pengalaman bintang film James Caviezel, 35, yang tersambar petir namun bisa menyelesaikan pembuatan film ini.

 

The Passion of The Christ (= Sengsara Kristus ) menceriterakan tentang 12 jam tarakhir kehidupan Tuhan Yesus sebelum akhirnya mati diatas kayu salib. Yang membuat film ini berbeda dengan film-film Yesus lainnya adalah penggambaran secara detail penderitaan Yesus yang begitu memilukan sehingga tubuhNya hancur luluh bermandikan darah. Produser Mel Gibson ( terkenal melalui film Lethal Weapons dan Brave Heart ) sempat mengemukakan alasannya,”Saya ingin menggambarkan betapa dahsyatnya penderitaan Yesus sehingga penonton menyadari penderitaan macam apa yang dialami Yesus. Film ini sangat penuh dengan kekerasan, sehingga jika anda tidak suka ( melihat Yesus disiksa sedemikian rupa ) sebaiknya jangan menonton. Atau jika anda ingin keluar pada saat film baru setengah main, silakan!” Tetapi Mel pun sempat menambahkan argumen lain tentang filmnya,”The Passion of The Christ bercerita tentang iman, harapan, kasih dan pengampunan.”

Terlepas dari kometar DR. Billy Graham yang menyatakan bahwa “The Passion of The Christ merupakan kotbah seumur hidup dalam satu film”, banyak orang Yahudi merasa ketakutan bakal berkobarnya lagi semangat anti-semit ( anti Yahudi ) gara-gara film ini. Belum hilang dalam ingatan mereka bagaimana Hitler secara kejam mencoba melenyapkan bangsa Yahudi dari atas muka bumi pada masa Perang Dunia II yang lalu. Pertanyaan: ‘Siapa sesungguhnya yang membunuh Yesus?’ apabila ditinjau dari fakta sejarah menunjukkan bahwa kekaisaran Romawilah pelakunya. Sementara dari sudut theologi, dosa seisi dunia yang mengakibatkan Yesus mati di atas kayu salib. Namun dalam film ini diperlihatkan bagaimana Kayafas, imam agung Yahudi memimpin
massa yang begitu kesetanan menuntut agar Yesus disalibkan! Untung, akhirnya Mel Gibson memutuskan untuk membuang adegan yang memperlihatkan bangsa Yahudi yang haus darah berteriak:”Ia harus disalibkan! Biarlah darahNya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!” ( Mat 27:25)

Dibuat berdasarkan ke empat Injil ( Matius, Markus, Lukas dan Yohanes ), film senilai USD $ 25 juta ( Rp. 210 milyar ) ini mengambil lokasi di Matera – Roma, Itali dan dibintangi antara lain oleh James Caviezel sebagai Yesus ( secara kebetulan, sama-sama berinisial JC), Maia Morgenstern ( Maria ibu Yesus), Hristo Jivkov ( Yohanes ) serta Monica Bellucci (Maria Magdalena). Percakapan dalam film ini menggunakan bahasa Latin dan Aram, sehingga mencantumkan sub-titel bahasa Inggris. Adapun fokus dari film ini adalah 12 jam terakhir kehidupan Yesus yang diselingi beberapa adegan kilas balik masa kecil Yesus, penduduk Yerusalem sedang mengelu-elukan Yesus yang naik seekor keledai, kotbah di bukit dan perjamuan terakhir. Adegan penangkapan, penahanan, penyiksaan serta penyaliban Yesus diperlihatkan dengan begitu jelas, sangat detail dan terlalu kejam sehingga dikategorikan sebagai R-rated (=Restricted = hanya boleh ditonton oleh orang dewasa, Penyunting). Salah satu mata Yesus tidak bisa melihat karena tertutup kelopak matanya yang membengkak akibat pukulan ketika Ia diseret dari taman Getsemani. Siksaan prajurit-prajurit Romawi, perjalanan panjang menuju bukit Golgota dengan kayu salib di atas bahuNya, dan pemakuan tangan serta kaki Yesus di kayu salib ditayangkan dengan begitu sabar dan cukup lama. Pengaruh adegan kekerasan ini pada awalnya membuat shock, lalu mencekam, dan pada akhirnya memaksa penonton berfikir bagaimana sesorang masih sanggup bertahan hidup dibawah siksaan jasmani yang begitu berat. Memang ada juga adegan lembut dari Maria Ibu Yesus dan Maria Magdalena. Ketika Yesus berseru diatas kayu salib,’Sudah genap!”; ibunya, yang menyaksikan anaknya yang disiksa dengan brutal menghembuskan nafas terakhir, berbisik:”Amin.”

Dalam beberapa interview, Mel Gibson menceritakan kejadian-kejadian yang mengagetkan, bahkan mujizat-mujizat yang terjadi selama pembuatan film."Banyak perkara supra natural terjadi. Contohnya, orang-orang disembuhkan dari penyakit; beberapa disembuhkan pendengaran dan penglihatannya. Ada orang yang kena kilat waktu kami sedang membuat film penyaliban, tetapi dia langsung berdiri dan melanjutkan pekerjaannya. Kuasa dari naskah filmnya sendiri sangat menarik. Misalnya, kasus seorang perempuan berusia 6 tahun, anak dari crew film. Anak perempuan ini selama sebulan terakhir tidak lagi mengalami serangan epilepsi / ayan. Padahal sebelumnya ia mengalami serangan sampai 50x sehari. Lalu ketika pengambilan adegan Yesus menyerahkan nyawanya, diaturlah cahaya terang kilat (lightning) meliputi bumi. Saat itu, banyak crew dan pemain film melihat cahaya tersebut sangat terang, melebihi kapasitas cahaya yang ditargetkan. Seketika itu juga banyak crew dan pemain yang tersentuh hatinya dan bertobat. Begitu pula saat pembuatan film tersebut, banyak orang sekitar yang menonton sehingga mereka BERTOBAT dan DISEMBUHKAN! Gibson sangat kagum bagaimana film ini telah menjamah hampir semua aktor dan artis dalam cara yang menyentuh dan secara pribadi.



Bagimana halnya dengan komentar tokoh-tokoh kristen tentang film ‘The Passion of The Christ’? Banyak orang yang sempat menyaksikan film ini berkata bahwa ‘The Passion of The Christ’ bukan sekedar film, melainkan suatu pengalaman. Suatu pengalaman yang harus dibagikan kepada orang lain!

Rick Warren, pendeta dari gereja Saddleback Valley Community dan penulis buku The Purpose Driven Life berkata,”Saya tidak bisa membayangkan film lain yang telah membuat saya begitu bersukacita dalam 20 tahun terakhir.” Seorang pelayan Tuhan, Pastor Warren, pada tahun 2004 mempromosikan film ini di gerejanya dan memborong 18.000 tiket ( bandingkan dengan jemaat di gereja kita masing-masing). Pada umumnya, pastor / gembala adalah orang yang paling akhir menyarankan jemaatnya untuk nonton film yang masuk kategori Restricted (=Terbatas untuk penonton dewasa), tapi kali ini kebiasaan tersebut tidak berlaku.

Don George, pastor dari Calvary Temple of Irving, Texas berkata,”Saya sarankan anda menonton film yang masuk kategori R-rated ini.”

Banyak umat Tuhan melihat bahwa melalui film ‘The Passion of The Christ’ akan terbuka kesempatan menjangkau orang-orang yang selama ini belum pernah mendengar nama Yesus. Pastor Dan Marler dari Oak Lawn First
Church of God berkata,”Film ini menimbulkan gelombang tsunami yang akan memacu orang-orang tertarik kepada pribadi Yesus.”

Outreach, sebuah perusahaan Kristen, menangani pemasaran film ini. Tidak cuma sekedar sebuah film, melainkan juga sarana penginjilan. Perusahaan ini menggunakan semua jenis alat promosi seperti gantungan pintu sampai poster.

Bahkan NASCAR ( organisasi lomba balap mobil Amerika Serikat, Penyunting ) ikut-ikutan hanyut dalam kehebohan ‘The Passion of The Christ’. Dalam lomba Daytona 500, kap mesin mobil Bobby Labonte nomer 18 ditempeli iklan film ini.

 Harmony Moses, jemaat gereja Baptis Prestonwood berkata,”Saya sudah mendapatkan beberapa nama yang akan saya doakan dengan sungguh-sungguh supaya mereka mau pergi nonton bersama kami. Siapa tahu akan terjadi perubahan mendasar dalam hidup mereka?”

Pastor Ted Haggard, presiden Asosiasi Penginjilan Nasional sekaligus gembala New Life Church yang gerejanya dipakai untuk memutar film ‘The Passion of The Christ’ didepan 800 pendeta Kristen, berkata,”Kami sama sekali tidak meragukan. Kami telah menyaksikan film yang begitu akurat menggambarkan apa yang tertulis di dalam alkitab. Selama 18 tahun saya menggembalakan New Life Church, sudah ada ratusan bahkan ribuan orang yang berdiri di mimbar sebagai pembicara. Tapi saya belum pernah melihat rasa takut dan hormat akan Tuhan, kerendahan hati dan perasaan berdosa yang begitu mendalam ada di atas mimbar seperti yang saya lihat ketika Mel Gibson berdiri di sana sebagai pembicara.”

100 pemimpin Kristen lain sempat berkumpul di Burbank,
California untuk menyaksikan tayangan khusus ‘The Passion of The Christ’. Dr. Paul Cedar, pejabat Mission America Coalition ( MAC- peng-organisir pertemuan ini ) sangat percaya bahwa film ini memberi kesempatan yang begitu besar kepada umat Kristen Amerika untuk memperkenalkan Yesus kepada masyarakat.”Puluhan ribu orang akan datang untuk percaya kepada Yesus melalui film ‘The Passion’ ini.”

Major Charles F. Gillies, Jr., sekretaris penginjilan, doa dan rohani dari Bala Keselamatan wilayah barat Amerika berkata,”Film ini terlalu kejam tetapi realistis – bila hal ini tetap tidak menyentuh hati seseorang, saya tidak tahu hal apa lagi yang bisa bikin seseorang bertobat.”

Rev. Wayne Pederson, presiden MAC berkata bahwa film ‘The Passion’ bisa jadi merupakan sarana penginjilan yang paling kuat yang ada dipasaran karena “hari yang paling penting dalam sejarah adalah hari dimana Yesus mati diatas kayu salib untuk menanggung dosa seisi dunia. ‘Sengsara Yesus’ secara efektif dan kuat mengungkapkan harga mahal yang harus dibayar oleh Anak Manusia atas ketidak taatan kita.”

Lebih dari 5.000 pendeta dan pemimpin Kristen yang mewakili lebih dari 80 denominasi dari 43 negara sempat bertatap muka dengan Mel Gibson serta menyaksikan ‘The Passion of The Christ’dalam konferensi Global Pastors Network (GPN) yang diselenggarakan pada 21 – 23 Januari 2004 di Calvary Assembly, Orlando. GPN merupakan gabungan pelayanan Kristen yang bekerja sama untuk melatih, memperlengkapi, dan membantu hamba-hamba Tuhan di seluruh dunia. Pertemuan selama 3 hari tersebut berpusat pada topik pembahasan “Tujuh langkah menuju pelayanan yang maksimal” yang dimaksud agar bisa menolong para gembala bekerja lebih efektif. Pembicara dalam konferensi ini antara lain D. James Kennedy, pendiri Evangelism Explosion; Reinhard Bonnke, pendiri Christ for All Nations (Kristus Bagi Segala Bangsa); Kay Arthur, pendiri Precept Ministries; Jack Graham, presiden Southern Baptist Convention; Bishop Eddie Long, pastor New Birth Cathedral; Tommy Barnett, penulis dan pastor; Ted Haggard, presiden National Association of Evangelicals; Chuck Norris, actor sekaligus juru bicara Max.com; serta Bishop David Oyedepo of Nigeria.

Dr. Erwin Lutzer, pastor Moody Church di Chicago menambahkan,”Kita yang sering skeptis / tidak percaya ( dengan apa yang dihasilkan Hollywood ) benar-benar merasa disegarkan dan diberkati karena bisa menyaksikan film Mel Gibson ini.”

“Film ini tidak malu mengungkapkan kebenaran “, kata pastor Sunday Adelaje dari Kiev, Ukraina ( dulu bagian dari Uni Soviet ).”Saya sudah berkotbah selama 20 tahun dan tidak pernah melihat kisah tentang penderitaan dan penebusan yang diceriterakan dengan begitu meyakinkan seperti yang dilakukan oleh Mel Gibson. Film ini tidak hanya akan merubah hidup, tetapi juga akan merubah gereja, merubah bangsa dan merubah dunia!”

“Setiap orang Kristen harus menonton film ini’, kata Rick Joyner” The Passion of The Christ memiliki kuasa untuk membawa perubahan dalam kekristenan.
Ada urapan dan kuasa dalam film ini.

 

Saya sudah menyaksikannya berkali-kali, saya tahu bahwa film ini mempunyai kuasa untuk mulai merubah kekristenan. Memang kedengarannya terlalu dilebih-lebihkan, tetapi saya percaya bahwa hal ini akan menjadi kenyataan. Mudah-mudahan pemutaran film ini di Gereja dapat bermanfaat dan bernilai positif, sehingga Partangiangan Passion memiliki hikmah bagi semua.

 

MEMPERINGATI SENGSARA YESUS (PASSION) II


Beberapa hari ini (biasanya 2-3 hari) kita datang ke Gereja untuk memperingati kesengsaraan yang harus dilalui Tuhan kita Yesus Kristus (Passion). Passion berasal dari kata latin patioryang berarti" to suffer/untuk menderita".  Penemuan Arkeologi ditambah dengan pengetahuan medis sekarang ini memberikan  gambaran lebih jelas tentang bagaimana Yesus menderita untuk mencintai kita.

Dari taman Getsemani, kita tahu bahwa Yesus berdoa dengan sangat menderita(Luk 22:44) sampai keringat berubah menjadi darah.  Medical science membuktikan bahwa seseorang dapat mengeluarkan keringat darah waktu dalam keadaaan yang sangat emotional.  Kondisi ini dinamakan" Hematidrosis atau hemohidrosis".  Ini dikarenakan oleh pendarahan pada kelenjar keringat.

Bapa di Surga tidak pernah meninggalkan dia, dan Dia mengirim malaikat untuk memberikan kekuatan.(Lukas 22:43)

Yesus dibawa kepada para imam2 kepala dan Kaifas. Dia dihukum mati disitu karena dia menjawab pertanyaan mereka. Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit." (Matius 26:64)

Disini dia dihukum mati karena penghinaan/penghujatan terhadap Tuhan menurut imam2 kepala. Disitu Dia ditampar, diejek, dipukuli. Biarpun mereka menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus, tetapi Imam Kaifas tidak mempunyai wewenang untuk melaksanakan hukuman tersebut.  Maka dari itu mereka berbondong2 datang ke Pilatus sang Gubernur Roma. Karena Gubernur punya wewenang untuk melaksanakan hukuman mati.

Tapi kalo kita perhatikan, betapa curangnya imam2 kepala dan yang lain didepan Pilatus.  Mereka menuduh Yesus: mengajak orang tidak membayar pajak, menyesatkan bangsa, dan mengaku sebagai Raja"

Tentang tuduhan sebelumnya yaitu "menghujat Allah" tidak diungkit2. Karena apa? karena Pilatus tidak perduli kalo ada orang mengaku bahwa dia anak Allah atau seorang Nabi.  Pilatus sebagai gubernur Roma perduli kalo ada orang yang mengganggu integritas bangsa Roma, masalah pajak, penghasutan/provokasi, pengerahan massa, dll. Sama seperti tugasnya Pak Syamsul Arifin, barangkali dia tidak akan perduli kalo ada orang mengadukan bahwa seseorang mengaku sebagai anak Allah. Mungkin dia akan tertawa sambil berkomentar : “kalo itu sudah biasa…tapi kalo ada yang mengaku anak Monyet, baru..rruuaarr biasa” Tetapi sebagai Gubernur Sumatera Utara, dia pasti akan perduli kalo ada orang yang melakukan provokasi atau pengerahan massa yang dapat mengganggu stabilitas Sumatera Utara. Pasti langsung telepon Pak Kapolda atau Pak Pangdam I Bukit Barisan : “Minta tolong Pak…segera diamankan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”

Jadi Pilatus tidak bisa menjatuhkan hukuman apa2 tetapi karena desakan para demonstran, akhirnya dia menjatuhkan hukuman cambuk.  Film The Passion of The Christ hampir pas menggambarkan cambuk-cambuk yang digunakan pada zaman itu . Ada beberapa macam cambuk, tapi yang biasa yang digunakan adalah cambuk yang rada pendek( flagrum atauflagellum) dengan duri/semacam kail yang terbuat dari tulang atau cangkang kerang.  Biasanya orang yang dicambuk dilucuti bajunya dan disuruh tengkurap. dicambuk bagian punggung, pantat, dan kaki.  Kulit dan daging akan terkelupas meninggalkan luka2 yang dalam dan mengalami pendarahan.  Mereka(para algojo) mengatur /menghitung berapa kali cambukan  agar tidak mati dari pendarahan yang berlebihan dan tahan sampai orang itu disalib. Itulah sebabnya…begitu film itu dirilis dan beredar di seluruh dunia, bangsa Israel (Yahudi) memberikan reaksi keras mengatakan bahwa nenek moyang mereka tidak seperti itu. Soalnya penggambaran di film itu begitu kejam memang dan sangat menyayat hati.

Bukan cuman cambuk, Yesus juga dimahkotai duri, diludahi, dan terus diejek.  Yesus mengalami dua penyiksaan yaitu secara jasmani dan psikologis yang lengkap. Salib adalah hukuman yang paling hina dan juga secara psikologi, Yesus difitnah dan juga ditinggalkan oleh teman2nya/murid2nya. Ini membuat moral seseorang menjadi drop dan kita tahu bahwa tubuh dan jiwa bersangkutan satu sama lain.  Tubuh tersiksa kalo jiwa tersiksa dan sebaliknya. Bangsa Roma telah menyempurnakan metode penyaliban ,yang mungkin awalnya dari Persia, untuk membuat mati yang amat perlahan dengan sakit yang sangat. Kita tahu bahwa salib adalah hukuman yang paling hina dan untuk penjahat kelas berat saat itu. Hukuman ini sangat hina sehingga ada peraturan di pemerintahan Roma sekitar tahun 43 BC yang menyatakan bahwa penduduk ber-KTP Roma tidak akan menerima hukuman salib biarpun layak.  Karena itu Paulus yang ber-KTP Roma dihukum penggal bukan disalib.

Untuk lebih menyengsarakan, Yesus memanggul salibnya. Tapi karena berat salib itu sekitar 150 kg, biasanya yang dihukum cuman membawa kayu horizontalnya saja(patibulum) yang berberat sekitar30-70 kg).  Kayu yang vertical biasanya sudah disediakan ditempat eksekusi.  Pengawal/prajurit Roma membawa titulus yang memperlihatkan nama dari terdakwa dan kejahatannya yang kemudian dipaku disalibnya.

Waktu sampai ditempat eksekusi, hukum Roma waktu itu mengatakan bahwa seharusnya terdakwa diberikan anggur asam yang dicampur dengan empedu yang berkasiat sebagai analgesic/pereda rasa sakit.

Yesus kemudian disalib, tangannya direntangkan diatas kayu yang dia bawa, dipaku oleh paku yg panjangnya 7 inch dan diameter 3/8 inch( 1 inch =2.54 cm).  Pakunya dipalu diatas pergelangan tangan untuk support the body weight(kalo ditelapak tangan kurang bisa support body weight).  Demikian juga dengan kakinya, dipaku dan disandarkan pada sandaran kaki yang kecil.

Selama dikayu salib, masyarakat tidak berhenti2 mengejek…jadi siksaan psikologi juga terus berlanjut. Siksaan psikologi juga terjadi saat Yesus ditelanjangi didepan orang banyak tanpa satu helai benang pun.  Untuk menambah beban psikologinya, kadang tentara2 Roma menghadirkan anggota keluarga untuk menontonnya.  Selama dikayu salib, biasanya mereka digantung (tergantung tahannya sampai kapan)tetapi biasanya berkisar dari 3 jam sampai 3 hari.  Sambil kesakitan, lalat dan serangga biasanya hinggap pada luka2 orang yang disalib, pada matanya, hidung telinga,dan kadang burung pemakan daging juga hinggap.

Lama kelamaan orang yg disalib mengalami trauma dari cambukan2 sebelumnya yg mengeluarkan banyak darah, kehausan yang sangat. Sehingga akhirnya badannya yang ditopang oleh kakinya menjadi lemas dan hilang kekuatan. Sehingga badannya menarik kebawah dan karena kakinya sudah lemas, maka sekarang giliran tangan yang dipaku yang support the body weight. Tetapi karena posisi ini sangat menyakitkan, biasanya  posisi sperti ini juga mengakibatkan kesulitan untuk bernafas. Sehingga dia mati perlahan2  dan tentara2 Roma yang ingin mempercepat proses kematian sang terhukum biasanya mematahkan kedua kakinya. Tapi dalam hal ini Yesus tidak dipatahkan kedua kakinya karena ada tertulis nubuat tentang Yesus dikitab suci"Kedua kakinya tidak akan dipatahkan". Ini sejalan dengan peraturan paskah perjanjian lama dimana mereka harus mempersembahkan domba yang tidak bercacat dan “tidak ada tulang yang patah”.

Yesus adalah domba paskah perjanjian Baru. Dulu Tuhan memberikan keselamatan kepada semua rumah yang pintunya dilumuri darah domba paskah, sama dengan sekarang, Tuhan juga memberikan keselamatan yang sempurna kepada setiap mereka "dilumuri" oleh darah anak domba perjanjian baru, yaitu Yesus sendiri.

Setelah kelihatan meninggal, biasanya para prajurit memastikan dengan menusuk lambung sang terhukum dengan tombak. Yesus mengeluarkan air (pericardial fluid) dan darah setelah ditombak.

Dan mayatnya biasanya dibiarkan disalib sampai dimakan binatang/ busuk. Tetapi hukum Roma memperbolehkan pihak keluarga untuk mengambil mayatnya dan dikuburkan seizin dari Gubernur Roma.  Dalam kisah Yesus, Yusuf meminta Izin kepada Pilatus.

Salah satu doa dalam agenda HKBP untuk memperingati “Ari Hamamate ni Tuhan Yesus” berbunyi demikian : “Ale Tuhan Yesus, na mate tarsilang do Ho humophop hami halak pardosa, ala ni holong ni rohaM na godang I di hami! Ajari ma hami paingot-ingot Ho, na targantung di hau na pinarsilang homophop hami…..(dst). 

Memang demikian lah adanya Yesus mau melakukan semuanya itu, karena kita. Cinta dan kasihNya sangat besar bagi kita. Sekalipun dalam perbuatan kita sehari-hari yang berakibat dosa kita telah “menyalibkanNya”, tetapi Dia tidak pernah meninggalkan kita

Di masa Passion ini kita harus mengenang kembali apa yang Tuhan Yesus jalani untuk kita semua. 

Kalo ada orang yang bilang, mengapa saya begitu fanatik ( dalam konteks positif) terhadap agama saya, alasan saya hanya satu :  yaitu karena Tuhan saya begitu fanatick (positif) mencintai saya! Dia rela mati bagi saya, anda, kita sekalian agar beroleh keselamatan.

SELAMAT PASSION

 

 

MEMPERINGATI SENGSARA YESUS (PASSION)


SENGSARA YESUS KRISTUS
Dalam Penglihatan Theresia Neumann
stigmatis, visionaris (1898-1962)

Catatan mengenai penglihatan berikut ini dikutip dari kumpulan berbagai laporan dan dokumen yang otentik, yang disusun oleh Johannes Steiner.

 

Tuhan Yesus dibawa kepada Hanas, Ia berdiri di hadapannya. Yesus diolok-olok. Sekarang Theresia melihat-Nya berdiri di hadapan seorang yang lain, dengan jubah yang gemerlap, dengan sesuatu yang serupa tanduk-tanduk kecil di atas kepalanya dan sesuatu yang khusus di dadanya; Theresia membuat suatu pola dengan jarinya, turun dan menelusuri dadanya: yang dimaksudkannya adalah Efod imam besar, yang terbagi menjadi duabelas bagian dengan nama-nama suku Israel terukir di atasnya. Wajah Yesus ditampar.

 

Imam besar Kayafas mengoyakkan jubahnya sebagai tanda kutuk atas Dia. Seorang wanita tua sedang membicarakan Petrus dan sekali lagi Petrus menyangkal bahwa ia mengenal Yesus. Sekali lagi ayam jantan berkokok. Pada saat yang sama, Yesus melihat sekeliling dan memandang pada dia, yang kemudian keluar dan menangis dengan sedihnya.

 

Yesus digiring ke suatu terowongan yang gelap dan dingin, lorong itu begitu sempit dan rendah hingga orang harus membungkuk agar dapat melaluinya. Penjara berupa sebuah sel sempit di mana tak lebih dari dua orang dapat berdiri di dalamnya. Yesus dikurung di sana hingga pagi.

 

Yesus dibawa ke hadapan Pilatus, dikirim kepada Herodes, dan kemudian digiring kembali ke Pilatus. Theresia juga melihat isteri Pilatus. Ia mengirimkan pesan kepada suaminya yang membuat suaminya itu sangat gelisah (“Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu….” Mat 27:19).

 

Theresia melihat dengan sangat ngeri sementara ia memalingkan mukanya dari satu sisi ke sisi lainnya. Ia melihat penderaan itu. Pakaian-Nya ditanggalkan paksa, Yesus sepenuhnya telanjang, dan Ia melihat sekeliling dengan perasaan sangat terganggu. Kedua tangan-Nya sekali lagi diikat, dan kemudian, dengan wajah-Nya menghadap pilar, Ia dikerek dengan kedua tangan-Nya terulur ke atas, mempergunakan tali kulit yang sama yang mengikat kedua tangan-Nya, hingga Ia berdiri di atas jari-jari kaki-Nya. Kemudian tiga kelompok (masing-masing kelompok terdiri dari dua orang) serdadu yang mabuk mulai mendera-Nya dengan cambuk yang berbeda-beda, sekuat-kuatnya dan dengan kesenangan yang menjijikkan. Ketika mereka melihat bagian-bagian tubuh-Nya yang terbuka telah sepenuhnya membengkak dan akan terkoyak menjadi cabikan-cabikan daging apabila mereka mendera-Nya lebih lanjut, mereka membalikkan tubuh Yesus dan mendera tubuh-Nya bagian depan dengan cara yang sama. Ketika mereka selesai dengan penderaan, tubuh Yesus begitu membengkak dan penuh luka-luka hingga hampir-hampir Ia tak dapat membungkuk untuk memungut pakaian-Nya yang tergeletak di lantai. Lalu, salah seorang dari para hamba menyepak pakaian-Nya hingga pakaian itu melayang beberapa kaki jauhnya. Sementara Theresia melihat penderaan ini, luka-luka di dada dan punggungnya memancarkan darah segar melalui baju tidurnya.

 

Mahkota duri bukan terbuat dari satu rangkaian ranting duri, seperti biasa digambarkan, melainkan lebih menyerupai mahkota-mahkota timur, yang tidak terbuka bagian atasnya, seperti di negara-negara Barat, melainkan tertutup dan bulat, seperti sebuah keranjang, dengan banyak onak duri yang panjang dan runcing, yang ditancapkan ke kepala Yesus, dan guna menjaga agar tangan mereka tidak terluka, para serdadu memukul-mukulkannya ke atas kepala Yesus menggunakan sebatang tongkat. Sekarang, luka-luka Theresia akibat mahkota duri ini mulai mengalir memancarkan darah melalui kerudungnya, di mana teristimewa sembilan genangan besar darah yang mengering muncul sesudah setiap sengsara hari Jumat.

 

Salib yang dilihat Theresia tidak tampak seperti salib yang biasa kita bayangkan, melainkan terdiri dari tiga palang kayu yang dikerjakan secara kasar, diikat menjadi satu dengan tali, satu balok kayu panjang dan dua balok kayu yang lebih pendek, yang ditebang kasar. Bahu-Nya yang telah penuh luka-luka dan membengkak mulai mengalirkan darah segar karena beratnya beban. Suatu aliran darah yang deras mengalir dari bahu kanan Theresia dan membasahi baju tidurnya.

 

Dalam jalan salib, Yesus berjumpa dengan Bunda-Nya yang ditemani oleh Yohanes dan beberapa wanita. Theresia mendengar-Nya memanggil “Immi” (Bunda-Ku!). Salah seorang dari hamba “yang tak berguna”, yang membawa peralatan eksekusi yang diperlukan, melihat bahwa itulah ibunda Yesus yang berdiri di sana dan ia mengeluarkan dua paku dari dalam kotaknya, lalu memamerkannya kepada Bunda Maria.

 

Seseorang diperintahkan untuk membantu memanggul salib. Ia bersiteguh dalam penolakannya. Salah seorang sipir penjara memaksanya. Ia sungguh amat marah diperlakukan dan diperintah demikian, dan ia terus-menerus mengeluh dengan keras dan sikapnya yang tak dapat bekerjasama itu menyebabkan Yesus jatuh yang kedua kalinya. Kemudian Yesus berpaling kepadanya sementara Ia bangkit berdiri dan memandang kepadanya dengan suatu “tatapan ilahi”. Ketika ia melihat tatapan mata Yesus, Simon bukan hanya tak lagi menolak, tetapi ia mengangkat salib begitu kuat di bagian tengah sehingga Yesus hampir-hampir tak memikul beban sama sekali.

 

Seorang wanita muncul dengan seorang gadis kecil yang membawa sebuah tempayan air. Ia adalah wanita yang dulu secara diam-diam mendekati Yesus di antara khalayak ramai dan menyentuh ujung jubah-Nya, dan Ia menyembuhkannya dari sakit pendarahan. Sekarang wanita itu amat berduka sementara ia menatap wajah Yesus yang sudah tidak serupa manusia lagi, seluruhnya penuh berlumuran darah; ia melepaskan kerudungnya, dan menyerahkannya kepada-Nya. Yesus mengusap wajah-Nya dengan kain itu, lalu mengembalikan kepadanya: lukisan wajah-Nya tergambar jelas di sana.

 

Kaki Yesus terjerat oleh tali-temali yang dipakai oleh mereka untuk menggiring-Nya dan Ia jatuh terjerembab ke tanah. Para serdadu berteriak “Kum”, dan mencengkeram Yesus di pundaknya guna membuat-Nya bangkit berdiri. Mereka khawatir kalau-kalau Ia mati sebelum mereka menyalibkan-Nya.

 

Yesus digiring naik dan mereka menanggalkan jubah dari tubuh-Nya, meskipun jubah itu telah melekat pada daging-Nya karena darah yang mengering. Semua luka-lukanya terkoyak lagi dan mengalirkan darah. Yesus berdiri di sana sepenuhnya telanjang, Ia merasa amat gusar dengan perlakuan yang memalukan ini, dan Ia memandang berkeliling untuk mencari simpati. Seorang wanita pemberani melepaskan kerudungnya dan menyerahkannya kepada-Nya. Dengan pandangan penuh terima kasih, Yesus menerimanya, lalu membalutkannya sekeliling tubuh-Nya. Para serdadu itu kemudian merobohkan-Nya ke atas salib dan mengikat-Nya kuat-kuat di pinggul-Nya.

 

Sesudahnya, mereka mengikatkan tangan kanan-Nya ke palang salib di sekitar pergelangan tangan dan memalukan paku menembusi tangan kanannya ke dalam lubang yang telah dibuat sebelumnya di palang kayu. Ketika tiba giliran tangan kiri, mereka mendapati bahwa lubang di palang kayu telah dibuat terlalu jauh keluar. Mereka mengikatkan tali ke pergelangan tangan-Nya dan menarik tangan-Nya kuat-kuat begitu rupa hingga posisinya pas dengan lubang. Dengan berbuat demikian, mereka mencopot lengan-Nya keluar dari sendi bahu. Kemudian lengan ini juga diikatkan kuat-kuat pada palang dan paku dipalukan menembusi tangan-Nya. Theresia mendengar setiap hantaman palu. Lutut Theresia tersentak kuat di bawah selimutnya sementara setiap tangan dipakukan di kayu salib. Dari luka-luka dan stigma, darah segar mulai mengucur deras. Jari-jari tangan Theresia tertekuk ke dalam dan ia terus menggeliat-geliat dalam kesakitan.  

 

Mereka memakukan kaki-Nya dengan cara sebagai berikut: pertama-tama kedua lutut diikat menjadi satu. Lalu, para sipir penjara menekankan kaki kanan Yesus kuat-kuat ke tumpuan kaki dan menembusinya dengan paku yang sama ukurannya seperti paku-paku di tangan. Paku ini kemudian dicabut dan dibuang. Hal ini dimaksudkan hanya sebagai penahan sementara, guna mencegah agar kaki tidak tersentak bebas ketika kaki yang satunya dipakukan di tempatnya. Kemudian kaki kanan diangkat dan ditumpangkan di atas kaki kiri, dan suatu paku yang lebih panjang dimasukkan melalui kaki kanan yang telah berlubang dan dengan satu hantaman yang dahsyat, diikuti beberapa hantaman lainnya, paku juga ditembuskan melalui kaki kiri ke suatu lubang yang telah dibuat di kayu salib.

 

Para serdadu menempatkan papan gelar-Nya di tempatnya, mengangkat salib dengan bantuan beberapa balok kayu, dan membiarkannya jatuh ke dalam lubang yang telah dibuat di atas batu. Tubuh Theresia Neumann yang gemetar hebat dan ekspresi ngeri di wajahnya dengan jelas menggambarkan kesakitan luar biasa yang diderita tubuh Juruselamat kita akibat hentakan dahsyat ini. Theresia melihat Yesus tak sadarkan diri untuk beberapa saat lamanya; kepala-Nya terkulai ke depan. Salib tidak menancap cukup dalam ke tanah; tak mampu menahan bebannya dengan baik. Para serdadu mengangkatnya lagi, sedikit memperdalam lubang dan menyusun batu-batu di sekelilingnya. Kemudian mereka memancangkan salib kembali ke tempatnya, sedikit lebih hati-hati dari yang pertama. Salib tidak mau berdiri tegak, melainkan sedikit condong ke depan, akibat menahan beban tubuh Yesus. Tampaknya, mereka telah memperhitungkan hal ini, atau mereka telah berpengalaman dengan penyaliban-penyaliban sebelumnya: di kedua sisi salib, dekat permukaan balok utama yang diratakan, telah dipasang dua cincin, sedikit agak ke belakang dan agak di bagian atas balok kayu, dengan tali-tali tergantung pada kedua cincin. Dengan tali-tali ini, salib ditarik ke belakang dan kemudian ditahan oleh dua pasak yang dipancangkan di sampingnya, Lalu, lebih banyak lagi batu ditumpuk di bawah kaki salib dan potongan-potongan kayu disumpalkan ke dalamnya.  Saat ditanya ke arah manakah Yesus memandang, Theresia mengatakan bahwa ia sendiri menghadap Bait Suci sementara ia berdiri tepat di hadapan Juruselamat kita; dengan demikian Yesus disalibkan dengan punggung-Nya membelakangi Kota Suci. Salib kedua penyamun agak sedikit lebih di depan dan agak turun di sisi bukit, sehingga Yesus “dapat melihat keduanya.”

 

sumber : “Thoughts about Our Savior from Therese Neumann”; www.seatofwisdom.com (“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”)