JUBILEUM 150 TAHUN HKBP

JUBILEUM 150 TAHUN HKBP

11 November 2008

GAMBAR KEGIATAN PESTA DANA RESSORT HKBP SIPIROK
































































































































































































































HKBP SIPIROK _ RESSORT SIPIROK
Uluan Huria-Pendeta Ressort Sipirok : Pdt. Leritio Ariati Br. Panjaitan, STh
Pelaksana Guru Huria/ : CPdt. P. Pasaribu, STh
Pendeta Praktek (LPPI)
Sekretaris Bendahara Huria : St. Bakhtiar Damanik, SPd
Ka. Kategorial Koinonia : St. Henry Irawan Sianturi, SKM
Ka. Kategorial Marturia : St. Bakhtiar Damanik
Ka. Kategorial Diakonia : St. Pagar Tambunan
Ka. Parhalado Parartaon : St. Pagar Tambunan
Anggota Parhalado Parartaon : St. Faisal harahap
Calon Sintua (Learning) : Cln St. P. Siagian
Guru Sekolah Minggu : Francis Simatupang (Bpk Monica)
Ka. Punguan Ama : St. B.J. Simanjuntak
Ka. Punguan Ina : Ny. A.G Hutabarat-br. Sihombing (Mak Bram)
Ka. NHKBP : Bram Hutabarat
Ka Koor Gabungan : Ny. Sitanggang br. Simanjuntak (Mak Nelly)

PESTA DANA RESSORT HKBP SIPIROK


Pada Kebaktian Minggu Ke-25 Dung Trinitatis, tanggal 9 November 2008, HKBP Ressort Sipirok-Distrik I Tapsel-Sumbar melaksanakan Pesta Dana Ressort yang ke-4 (terakhir) untuk tahun 2008. Kebaktian dipimpin oleh Pendeta HKBP Ressort Sipirok, Pdt. Leritio Ariati Panjaitan, STh dan Paragenda adalah St. Henry Irawan Sianturi, SKM. Kebaktian Minggu dan Pesta Dana Ressort diikuti oleh utusan-utusan dari seluruh cabang (pagaran) HKBP Ress. Sipirok a.l : HKBP Sipirok (sabungan), HKBP Arse, HKBP Sipogu, HKBP Lancat, HKBP Somba Debata, HKBP Padang Mandailing, HKBP Muaratolang, HKBP Bulu Mario, HKBP Pargodungan, HKBP Gunung Tua, HKBP Binanga, HKBP Batang Pane dan HKBP Lobu Hatonga. Kebaktian diisi dengan koor-koor oleh masing-masing Huria. Pendeta Ressort dalam Khotbah-nya yang diangkat dari Joh.4:21-24, mengatakan bahwa Roh Kudus memampukan setiap orang percaya untuk berbuat yang terbaik dan mau untuk intropeksi diri di dalam kehidupan sehari-hari dan bukan karena kelebihan seseorang.
Setelah kebaktian dilanjutkan dengan Pesta Dana Ressort yang meliputi kegiatan Lelang dan makan bersama. Tuhan memberkati.

08 November 2008

IBADAH MEMBERANGKATKAN CALEG WILAYAH TAPANULI DI PEARAJA ; BAGAIMANA SIKAP POLITIK ORANG KRISTEN ?












Hari rabu, tanggal 5 November yang lalu diadakan Ibadah memberangkatkan para calon legislatif warga gereja di HKBP Pearaja yang terletak di lokasi Kantor Pusat HKBP. Kata-kata bimbingan dan pesan pastoral disampaikan oleh Ephorus HKBP, Pdt. DR. Bonar Napitupulu : “Raihlah Kursi Legislatif Sesuai Dengan Doktrin Gereja dan Firman Tuhan”. Ibadah yang berjalan kurang lebih satu setengah jam ini khusus diperuntukkan bagi calon legislatif di wilayah Tapanuli (Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Toba Samosir, Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli Selatan dan Kota Sibolga) dan dari seluruh daerah pemilihan tingkat I, II dan Pusat.

Kita semua tahu bahwa gonjang-ganjing menjelang Pemilu 2009 sudah terasakan mulai dari sekarang. Tidak ketinggalan orang-orang Kristen berpartisipasi membentuk partai dan maju sebagai calon anggota legislatif untuk dipilih.

Kita tidak tahu apa yang bakal terjadi dengan suasana politik kita 2009. Di sini saya tidak mau meramal, tetapi mau mempertanyakan bagaimana sikap politik orang Kristen. Apakah mau ramai-ramai mendukung partai kristen? Apakah tetap memilih partai-partai nasionalis? Apakah tidak peduli dalam arti menjadi anggota golput? Asal tahu saja ketika Anda mengatakan "Saya tidak mau berpolitik!" sebenarnya Anda sudah berpolitik. Pertanyaan selanjutnya, sikap politik seperti apakah yang dianut oleh orang Kristen dalam menatap tahun 2009?

Kita seringkali mengandalkan Roma 13 untuk membuat posisi berpolitik. Sayangnya kita juga sering lupa membenturkan Roma 13 dengan Wahyu 13. Pemerintah merupakan hamba Allah, tetapi juga dapat menjadi monster yang menakutkan.

Sebenarnya ada banyak contoh di Alkitab bagaimana menentukan sikap berpolitik. Bapak/Ibu, saudara-saudari semua pasti sudah mengenal Yeremia, nabi besar Perjanjian Lama setelah Yesaya? Kalau kita menelusuri Kitab Yeremia dan berhenti di pasal 7 kita akan melihat tentang firman yang "datang" kepada Yeremia dari TUHAN (ay. 1).

Yeremia konon disuruh TUHAN nongkrong di depan gerbang Bait Suci guna berkampanye perlunya perbaikan langkah-langkah dan perbuatan (ay. 30). Bukan cuma berani, perkataan Yeremia ini juga benar-benar
sangat serius, misalnya "janganlah percaya pada perkataan dusta yang berbunyi ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN" (ay. 4).
Bayangkanlah kalau Anda pada hari Minggu berdiri di depan pintu HKBP dan berteriak-teriak kepada para pengunjung "Ini bukan gereja, bukan gereja, bukan gereja! Ini dusta! Pulang saja kalian!" Bagaimana kalau Anda mencobanya juga di depan Istana Merdeka?

Kita sudah tahu bahwa pendirian Bait Suci di Yerusalem merupakan simbol rumah TUHAN yang ada di surga. Bait Suci juga simbol kekuatan Israel. Terbukti sudah ratusan tahun sebelumnya musuh-musuh yang
mengepung Israel berhasil dipukul mundur. Kalau TUHAN di pihak kita, siapakah lawan kita? Tidak ada! Demikian penggalan lagu sekolah minggu "Aku Pahlawan Kecil". Kalau tempo doeloe begitu, mestinya sekarang juga sama. Demikianlah "teologi" orang Israel tempo dulu yang kita sebut dengan "teologi kemenangan". Ternyata Yeremia tidak setuju dengan "teologi" itu. Bait Suci sudah dijadikan jimat.

TUHAN melihat bahwa ibadah mereka hanyalah kedok guna menutupi kejahatan. Mereka tidak melaksanakan keadilan. Semestinya kalau berteologi haruslah mendorong pelaksanaan keadilan (ay. 5), tidak menindas dan menumbalkan orang yang tidak bersalah (ay. 6), tidak berselingkuh dengan ilah lain (juga ay. 6), menjalankan Taurat secara murni dan konsekuen (ay. 9) . Teologi kemenangan telah membuat orang lupa diri dan munafik. Itulah sebabnya TUHAN lewat Yeremia mendakwa umat telah menjadikan Bait Suci tempat sarang penyamun (ay. 11). Warga Yerusalem tampak seperti kuburan. Tampakan luar begitu religius, namun tidak bermoral dalam arti perbuatan moral. Teologi kemenangan hanya bicara soal moral tanpa peduli tindakan moral. Suatu teologi yang hanya "Kumenang, kumenang bersama Kristus Tuhan". Yeremia mengganggu stabilitas politik Raja Yoyakim. Kalau kita melihat kiprah Yeremia sepertinya ia benar-benar anti-Bait Suci. Sebenarnya Yeremia anti-self-worship. Pemasalahan fundamental yang bersifat horisontal seperti keadilan, pengendalian dan pembatasan kekuasaan, penghargaan terhadap kehidupan sebagai anugerah TUHAN, serta perhatian kepada mereka yang lemah dan tidak berdaya tidak diperhitungkan. Kita tahu sendiri kisah Yeremia selanjutnya.

Pemberitaan model khotbah dalam rangka self-worship tidak akan mempunyai daya sengat. Memang saya akui pemberitaan yang tidak gegap gempita dan tidak berapi-api biasanya kurang diminati oleh warga jemaat. Ada jemaat yang berkata, "Pendeta anu khotbah-nya sangat kritis lho!" Apanya yang kritis? Wong biasanya isu-isu yang "dikritik" adalah harmless. Misalnya, merokok itu dosa seperti yang sering dikatakan oleh para pendeta. Penyelewengan pernikahan, evolusionisme, dan entah apa lagi yang sama sekali tidak berisiko secara politis. Pemberitaan yang mengarah kepada Dia Yang Suci akan menunjuk kepada dosa-dosa struktural. Ini seringkali tidak disadari oleh gereja agar memperhatikan sisi horisontal pelayanan termasuk mendorong warganya berpolitik dengan lebih sungguh-sungguh.

Selanjutnya mari kita baca Markus 12:13-17 (bdk. Mat. 22:15-22). Kemudian saya mencoba berimajinasi bahwa makna jawaban Yesus tidaklah seperti yang Anda duga. Dalam perikop ini ada beberapa unsur yang ditampilkan, yaitu (1) orang Farisi dan pendukung Herodes yang Yesus sebut orang munafik, (2) Yesus sebagai orang jujur, mengajar dengan jujur, dan dengan segala kejujuran, dan (3) koin Dinar yang ada gambar dan tulisan Kaisar (Roma). Sebenarnya Yesus tidak setuju jika membayar pajak diartikan untuk menunjukkan pengakuan terhadap kekuasaan kaisar. Dengan bahasa masa kini, barangkali Yesus akan bertanya,"Gambar siapa tuh?". Jawab,"Gambar SBY!" Kalau begitu, berikan saja kepada SBY, kata Yesus. Sebenarnya Yesus mau menyindir para pejabat pemerintah yang mencari makan dari kekuasaan Presiden dengan menindas bangsa sendiri, tetapi tidak berani melawan monster-monster penguasa yang menyeramkan itu.

Saya tidak tahu apa di balik keberanian saudara-saudara kita ini mencalonkan diri menjadi calon anggota legislatif. Mungkin mereka berkeinginan apabila terpilih untuk menata negara ini lebih baik lagi. Andaikata ia benar-benar terpilih menjadi anggota Dewan, apakah ia mewujudkan tekatnya itu guna memperbaiki kinerja pemerintah dan membawa kemajuan bagi negara dan secara khusus bagi daerahnya masing-masing? Ah, jangan-jangan nanti mereka justru lupa dengan janji-janji kampanye!

Lalu bagaimana dong sebagai orang Kristen?

Orang Kristen yang gigih memperjuangkan kepentingan orang kecil dan tak berdaya, melayani tanpa pamrih, dan selalu berani menyuarakan kebenaran pasti akan disukai rakyat.

05 November 2008

ADMINISTRASI GEREJA : MANA YANG LEBIH PENTING, INDIVIDU ATAU (ORGANISASI) GEREJA?









Sekarang ini banyak organisasi Gereja yang lahir, bertumbuh dan berkembang di Indonesia. HKBP sebagai organisasi Gereja yang boleh dianggap yang tertua di Indonesia, pada awal-nya bukanlah suatu organisasi yang secara langsung telah tertata dengan baik tertutama segi administrasi-nya tetapi semakin lama menuju kepada system terutama administrasi Gereja yang jelas dan terstruktur. Apakah administrasi (organisasi) Gereja harus dijalankan dengan professional seperti administrasi perusahaan yang mencari keuntungan? Bagaimana prinsip administrasi Gereja agar berjalan sesuai dengan yang Tuhan kehendaki ?

Sekalipun berbeda dengan administrasi perusahaan, namun prinsip dasar penyelenggaraan administrasi Gereja sebenarnya tidak jauh berbeda. Administrasi adalah proses penyelenggaraan kegiatan untuk mewujudkan rencana/keputusan yang telah dibuat agar menjadi kenyataan, dengan cara mengatur kerja dan mengarahkan orang-orang yang melaksanakannya. Namun, di samping persamaannya, ada juga perbedaan mendasar antara administrasi perusahaan dan administrasi Gereja yang perlu disadari. Usaha administrasi Gereja tidak diarahkan untuk tujuan mencari keuntungan materi, tetapi untuk tujuan yang rohani. Penyelenggaraannya dilakukan tidak dengan prinsip duniawi tapi dengan prinsip kasih; namun demikian tidak berarti administrasi Gereja dilaksanakan dengan cara seadanya yang tidak profesional.

Pengertian yang salah tentang administrasi Gereja dapat mengakibatkan hasil pelayanan yang asal-asalan. Pelayanan yang benar harus menuntut standard yang profesional, karena apa yang kita lakukan adalah untuk Tuhan, dan untuk suatu hasil yang bersifat kekal. Jika untuk usaha duniawi yang fana saja manusia mau melakukannya dengan baik, lebih- lebih lagi untuk hal yang rohani, untuk Tuhan. Kita harus melakukannya dengan lebih baik lagi.

A. KOMPONEN ADMINISTRASI

Komponen-komponen umum yang termasuk dalam administrasi yang efektif adalah:

1. Planning/Rencana/Program Kerja
Bagian penting dalam penyelenggaraan administrasi adalah harus ada program kerja yang dibuat sesuai dengan keputusan rapat tentang apa yang akan menjadi tujuan untuk dikerjakan (untuk jangka waktu tertentu).

2. Organisasi
Perlu ada pengaturan otoritas dan tugas sehingga pekerjaan bisa dilaksanakan dengan tepat oleh orang yang tepat dengan cara yang bertanggungjawab.

3. Pendelegasian
Pembagian tugas harus dilakukan mengingat bahwa setiap orang mempunyai keahlian/ketrampilan yang berbeda dengan orang lain.

4. Personel/Staf
Harus ada cukup orang untuk melakukan tugas-tugas yang sudah direncanakan, oleh karena itu perlu ada pertanggungjawaban dari masing-masing orang yang terlibat didalamnya

5. Koordinasi
Tugas-tugas yang tidak dikoordinasi dengan baik akan menyebabkan pekerjaan yang tumpang tindih sehingga menghasilkan kerja yang tidak efektif dan efisien.

6. Pelaporan
Pertanggungjawaban dari setiap bagian perlu dilakukan agar dapat diketahui hasil yang dicapai dan kegagalan-kegagalan yang terjadi sehingga dapat diusahakan perbaikan-perbaikan yang perlu diadakan di masa yang akan datang.

7. Budget
Memprediksi jumlah keuangan yang dibutuhkan, dan yang mampu didapatkan, dan yang mampu dipertanggungjawabkan adalah sangat penting untuk menentukan seberapa jauh program kerja dapat dilaksanakan supaya tidak macet di tengah jalan.

B. PRINSIP-PRINSIP ADMINISTRASI GEREJA

Sekalipun administrasi penting untuk menjadi sarana kesuksesan penyelenggaraan pelayanan di Gereja, namun perlu diingat bahwa administrasi bukanlah segala-galanya. Gereja yang menjadikan administrasi sebagai tujuan utama akan menjadikan pelayanan tersebut perlahan-lahan kehilangan kegairahan dan akhirnya akan mati. Oleh karena itu kita harus ingat bahwa kerapian sistem administrasi tidak sama dengan kedewasaan rohani. Banyak Gereja yang administrasinya rapi tapi tidak ada semangat; kehidupan rohani di dalamnya mati. Tapi sebaliknya ada Gereja yang administrasinya kacau tapi semangatnya menyala-nyala. Hal seperti ini akan membuang banyak tenaga karena tidak efisien, sehingga lama-lama pelaksananya akan mati kecapaian sebelum tugas selesai dijalankan. Pelayan di Gereja yang bijaksana harus bisa memberi keseimbangan antara keduanya.

Menurut Robert K. Bower dalam buku-nya : "Administering Christian Education" yang berisi beberapa prinsip administrasi gereja yang perlu diingat agar berjalan sesuai dengan yang Tuhan kehendaki.

1. Orang lebih penting daripada organisasi.
Prinsip ini bukan hanya mengikuti prinsip "demokrasi" yang diambil dari budaya barat, tetapi prinsip ini sebenarnya adalah prinsip yang diberikan oleh Alkitab sendiri [jauh sebelum budaya barat terbentuk]. Individu manusia lebih penting bagi Allah daripada organisasi (gereja). Kita percaya bahwa gereja Yesus Kristus saat ini dapat menjadi Gereja dalam pengertian yang sesungguhnya jika gereja mengangkat kepentingan individu- individu yang ada di dalamnya di atas organisasi gereja itu sendiri. Dengan kata lain, kita tidak boleh mengorbankan kepentingan individu hanya untuk mengutamakan efisisensi organisasi gereja.

2. Setiap orang dalam Tubuh Kristus memiliki fungsi atau tugas pelayanan untuk dijalankannya.
Dalam 1 Korintus 12, Rasul Paulus dengan jelas menyatakan bahwa seluruh anggota tubuh Kristus saling tergantung dan merupakan individu yang penting dengan fungsinya masing-masing. Tanggung jawab administrator dengan demikian adalah menemukan tempat- tempat yang tepat untuk setiap jemaat dapat melayani sehingga dapat meningkatkan keefektifan dan misi Allah.

3. Tujuan utama pemimpin di gereja adalah melayani dan bukan dilayani.
Kristus telah memberikan teladan bagi siapapun yang ingin belajar kepemimpinan di gereja. Yesus berfirman bahwa, "barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Mat. 20:27). Yesus tidak hanya mengajarkan prinsip ini tetapi juga memberikan teladan lewat kehidupanNya dan pelayananNya. Paulus mengungkapkan bahwa dirinya adalah pelayan Yesus Kristus (Rom. 1:1) dan sebagai pelayan umat gereja Korintus (2 Kor. 4:5). Pemimpin Kristen dengan demikian harus mengembangkan citra bukan sebagai diktator melainkan sebagai pelayan.

4. Pemimpin harus rela mengemban tanggung jawab untuk memimpin dan mengarahkan jalannya program.
Meskipun nampaknya sangat bertentangan, pemimpin harus mempunyai sikap sebagai seorang yang melayani tetapi pada saat yang sama ia juga sebagai seorang yang mau mengemban tanggung jawab untuk memimpin dan mengarahkan aktivitas para personil yang ditunjuknya. Demikian juga Kristus selain melayani, Ia juga memberikan perintah dan mengirim murid-murid-Nya untuk mengadakan penginjilan ke seluruh penjuru dunia. Mengatur dan memimpin menjadi hal yang penting dalam membimbing, mengarahkan dan menolong orang lain dalam pelayanannya bagi Kristus. Ini adalah tugas pemimpin dalam memimpin suatu program yang dikerjakan dengan cara yang mendidik, bukan dengan metode diktator maupun menguasai.

5. Mendefinisikan organisasi dengan jelas adalah penting.
Rasul Paulus mengungkapkan bahwa dalam gereja, ada pelayan- pelayan Tuhan yang ditunjuk untuk menjalankan tugas-tugas khusus di gereja. Uskup dan diakon, demikian pula dengan rasul, penginjil, dan nabi, dipersiapkan untuk pelayanan-pelayanan khusus. Semua tugas pelayanan yang mereka emban harus dijalankan dengan sopan dan teratur (1 Kor. 14:40). Alkitab memang tidak memberikan kepada kita pengaturan organisasi gereja yang lengkap. Namun demikian yang jelas kita harus mengikuti peraturan- peraturan umum yang menjadi bagian integral gereja seperti yang diberikan dalam kitab-kita Perjanjian Baru. Sedangkan yang lain yang menjadi pelengkap dapat diatur sesuai dengan kebutuhan yang ada.

6. Setiap posisi dalam pelayanan di gereja adalah penting.
Karena terpaksa, kita menyebut beberapa posisi dalam organisasi gereja sebagai "lebih tinggi" dan "lebih rendah". Hal ini bukan berarti mengatakan bahwa di mata Tuhan suatu pelayanan atau posisi tertentu lebih penting dari pada yang lain. Seperti yang diungkapkan Rasul Paulus:"...anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus" (1 Kor. 12:22,23). Selain itu gereja juga membuat perbedaan dalam pemberian tugas. Misalnya saja, Jetro, ayah mertua Musa mengungkapkan akan adanya perkara-perkara kecil dan perkara-perkara besar dimana perkara-perkara besar tersebut akan diadili oleh Musa sendiri (Kel. 18:22). Demikian juga para Rasul membedakan antara tugas-tugas penting dan tugas- tugas yang kurang penting (Kej. 6:1-4). Dengan demikian, jenis- jenis kerja adminsitrasi memang perlu dibedakan, tetapi yang lebih penting lagi adalah kesetiaan seseorang akan tugasnya.

02 November 2008

PELANTIKAN PHRAESES HKBP : APA YANG KITA HARAPKAN DARI SEORANG PEMIMPIN?


Hari ini secara serentak kembali akan dilaksanakan pelantikan 5 Pemimpin Distrik (Phraeses) di 5 Distrik HKBP, yaitu para Phraeses HKBP yang terpilih pada Sinode Godang HKBP ke-59, yang dilaksanakan pada 1-7 September 2008. Untuk itu ke-5 Pimpinan Pusat HKBP masing-masing akan melantik para Phraeses tersebut di Distrik tempat mereka melayani, dan rencananya untuk melantik Phraeses Distrik I Tapsel-SUMBAR adalah Kepala Departemen Koinonia HKBP, Pdt. Dr. Jamilin Sirait bertempat di HKBP Kota-Padangsidimpuan. Sebelumnya acara serah terima Pimpinan Distrik dilaksanakan pada hari ini, bertempat di Gedung Konsistori HKBP Kota Padangsidimpuan antara Pdt. T.P panggabean, STh (Phraeses lama) kepada Pdt. Marolop Sinaga, MTh (Phraeses baru), disaksikan oleh para pelayan yang diutus dari Kantor Pusat HKBP.
Kita sepatut-nya mengucapkan terima kasih atas pelayanan yang telah diberikan oleh Bapak Pdt. T.P Panggabean, STh selama 4 tahun memimpin Distrik I dan kepada Pimpinan Distrik yang baru kita banyak menaruh harapan akan pengembangan pelayanan HKBP di Distrik I 4 tahun kedepan.
Pimpinan Distrik adalah pelaksana kebijakan Pimpinan Pusat di tingkat Distrik. Juga pelaksana dan aktor utama dalam mensosialisasikan hasil-hasil Sinode Godang yang telah dilaksanakan. Bagaimana harapan kita bagi para pemimpin kita yang baru ini? Konsep kepemimpinan yang bagaimana yang kita butuhkan ?

PEMIMPIN DAN PELAYAN

True greatness, true leadership, is achieved not by reducing men to one's service but in giving oneself in selfless service to them.
(Oswald Sanders)

Banyak orang menganggap dirinya sebagai seorang pemimpin Kristen, baik di kantor, organisasi, kampus, rumah, atau gereja, meskipun konsep dan aksi kepemimpinan mereka sangat berbeda dengan konsep dan aksi kepemimpinan yang pernah diajarkan dan didemonstrasikan oleh Yesus Kristus. Aneh memang, tapi nyata.

Konsep kepemimpinan umum biasanya dikaitkan dengan konsep kuasa (power). Karena pemimpin diidentikkan dengan kuasa, muncul opini umum yang mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki kuasa. Kuasa itu sendiri sering kali didefinisikan sebagai kapasitas untuk mempengaruhi orang lain. Beberapa sumber kuasa yang populer termasuk posisi, uang, fisik, senjata, kepakaran, dan informasi.

Konsep Yesus tentang kuasa jelas berbeda. Namun yang penting diingat terlebih dulu adalah bahwa Yesus tidak meniadakan kuasa. Ia sendiri mengatakan bahwa Ia memiliki kuasa. Yang Yesus lakukan adalah membongkar dan memperbaiki pengertian kuasa dan aplikasinya oleh pemimpin. Ajaran Yesus sama sekali tidak berfokus pada kuasa seorang pemimpin, namun kerendahan hati seorang pelayan. Kristus memandang kerajaan-Nya sebagai suatu komunitas individu yang melayani satu sama lain (Galatia 5:13).

Pemimpin adalah Hamba

Dalam Alkitab versi King James, kata "pemimpin" muncul hanya enam kali, yaitu tiga kali dalam bentuk tunggal dan tiga kali dalam bentuk plural. Namun tidak berarti konsep kepemimpinan atau figur pemimpin tidak penting dalam Alkitab. Yang sangat menarik, konsep pemimpin dalam Alkitab muncul dengan terminologi yang berbeda-beda. Yang paling sering dipakai adalah "pelayan" atau "hamba". Allah tidak menyebut, "Musa, pemimpin-Ku" tetapi "Musa, hamba-Ku".

Alkitab memakai kata Yunani 'doulos' dan 'diakonos' yang diterjemahkan sebagai hamba. Meskipun kedua kata tersebut sulit dibedakan dalam penggunaannya, David Bennett dalam bukunya "Leadership Images from the New Testament" menulis bahwa 'doulos' mengacu kepada seseorang yang berada di bawah otoritas orang lain, sedangkan 'diakonos' lebih menekankan kerendahan hati untuk melayani orang lain.

Kata Yunani ketiga yang sering dipakai Alkitab untuk hamba adalah 'huperetes', yang menunjuk secara literal kepada orang-orang yang mendayung di level bagian bawah dari kapal perang Yunani kuno yang memiliki tiga tingkat. Thayer's Hebrew Dictionary mengartikannya sebagai 'bawahan' (underlings, sub-ordinate).

Setelah mempelajari tiga terminologi di atas, kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa konsep pemimpin di dalam Alkitab adalah hamba. Lebih konkret lagi, hamba yang dengan rela hati mengambil tempat yang terendah, dan bertahan dalam berbagai kesulitan dan penderitaan karena pelayanannya terhadap orang lain.

Betapa kontras dengan konsep kepemimpinan sekuler!

Mencermati Pemimpin-Pelayan

Jadi pemimpin Kristen adalah seorang pemimpin-pelayan. Namun pemimpin-pelayan sering kali dianggap sebagai sebuah kontradiksi dalam terminologi (oxymoron). Bagaimana mungkin kita dapat menjadi pemimpin dan pelayan pada saat bersamaan?

Untuk mengerti kedalaman dan menghargai keindahan konsep pemimpin- pelayan, kita perlu melihat minimal dua acuan firman Tuhan berikut ini.

Pertama, "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya" (Markus 9:30-37).

Dalam konteks Markus 9 di atas, murid-murid Yesus meributkan tentang siapa yang terhebat di antara mereka. Dan mereka meributkan itu persis setelah Yesus memberitahukan untuk kedua kalinya bahwa Ia hendak menuju ke jalan salib. Sungguh ironis! Namun betapa persis! Persis menggambarkan kita manusia yang berambisi terhadap kuasa, dan berani menyebut diri pemimpin Kristen. Ketika Yesus mengkonfrontasi mereka, saya bayangkan betapa malu mereka.

Yesus lalu mengajarkan kepemimpinan yang sejati. Bagi yang ingin di depan haruslah menjadi yang paling belakang. Yang ingin menjadi pemimpin, harus menjadi hamba. Untuk menjelaskan ini, Ia lalu merangkul seorang anak kecil sebagai model. Seorang anak kecil tidak memiliki pengaruh sama sekali, tidak memiliki kuasa. Namun Yesus berkata, siapa yang menyambut sesamanya yang tidak berarti, ia menyambut Tuhan.

Kebesaran seorang pemimpin Kristen tidak terletak pada berapa orang yang menjadi pengikutnya, tetapi berapa banyak orang yang dilayaninya. Kebesaran seorang pemimpin Kristen terletak justru pada komitmennya kepada mereka yang tersisih, kecil, marjinal, dan sering terlupakan.

Yesus membalikkan seratus delapan puluh derajat konsep kepemimpinan yang dimiliki kebanyakan orang, termasuk para murid-Nya. Alkitab menulis bahwa tak seorang pun yang kuasanya melebihi Dia (Yohanes 13:3). Keempat Injil mencatat segala perbuatan ajaib yang pernah dilakukan-Nya. Namun Yesus tidak pernah sekalipun menggunakan kuasa- Nya untuk kepentingan pribadi. Ia menganggap kuasa-Nya sebagai sesuatu yang dipakai untuk melayani orang lain.

Kedua, "Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya" (Markus 10:43,44).

Belum lama kejadian di Markus pasal 9 berlalu, murid-murid Yesus kembali menanyakan kemungkinan mereka memperoleh posisi saat suksesi kepemimpinan terjadi. Dan ini terjadi setelah Yesus memberitahukan tentang penderitaan jalan salib yang akan Ia lalui untuk ketiga kalinya! Tragis bukan?

Kita pasti pernah mendengar kutipan terkenal dari Lord Acton yang berkata bahwa "Power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely." Yang mungkin jarang kita dengar adalah kebalikan dari kutipan di atas. Powerlessness juga punya tendensi untuk korup, sebagaimana pernyataan Edgar Friedenberg: "All weakness tends to corrupt and impotence corrupts absolutely."

Niccolo Machiavelli dalam karyanya yang terkenal "The Prince", menulis bahwa manusia senantiasa memiliki ambisi terhadap kuasa, dan setelah memiliki kuasa cenderung menyalahgunakan kuasa tersebut. Keinginan tersebut mengkorupsi diri manusia.

Untuk kesekian kalinya, Yesus menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah pelayanan. Kata "ingin" dan "hendaklah" dalam ayat 43 dan 44 di atas berasal dari kata "want" dan "must" dalam bahasa Inggris. Jadi yang lebih tepat adalah "ingin" dan "harus". Yesus mengajukan syarat yang konkret. Ingin menjadi besar, harus menjadi pelayan. Ingin menjadi terkemuka, harus menjadi hamba.

Kita cenderung berat sebelah, condong kepada sisi "ingin" dan melupakan sisi "harus". Kita cenderung ingin jadi besar namun tidak mau menjadi pelayan bagi sesama. Kita memilih untuk menjadi yang terkemuka, namun tidak pernah rela menjadi hamba bagi orang lain.

Yesus lalu berkata tentang diri-Nya: "Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (10:45). Inilah yang disebut Oswald Sanders sebagai "The Master's Master Principle". Prinsip ini tidak dimengerti oleh Yohanes dan Yakobus yang menginginkan mahkota namun menghindari salib, yang mengejar kemuliaan tapi menjauhkan penderitaan, yang berambisi menjadi tuan dan menolak disebut hamba.

Pernah seorang ahli Theologi mengatakan bahwa Yesus tidak mengajarkan konsep pemimpin-pelayan. Terminologi tersebut tidak pernah muncul di Alkitab. Yang ia ajarkan adalah konsep pelayan, dan setiap orang Kristen seharusnya menjadi pelayan. Namun tidak semua orang dipanggil menjadi pemimpin.

Ini masukan yang sangat berharga dan saya setuju dengan sepenuh hati. Tetapi saya juga beranggapan bahwa memang benar tidak semua orang dipanggil menjadi pemimpin, namun mereka yang terpanggil menjadi pemimpin haruslah menjadi pemimpin-pelayan.

Namun yang penting untuk digarisbawahi adalah bahwa dalam konsep pemimpin-pelayan, yang menjadi tekanan bukanlah aspek "pemimpin", namun aspek "pelayan". Pemimpin-pelayan bukan pemimpin yang melayani, namun pelayan yang memimpin. Ia bukan seorang pemimpin yang lalu merelakan diri untuk melayani orang lain. Namun ia pertama-tama adalah seorang pelayan, seorang hamba Allah yang lalu terpanggil untuk memimpin.

Setelah cukup lama merenungkan ajaran Yesus di atas, ada beberapa kristalisasi pemikiran yang mengemuka:

Memimpin adalah melayani, namun melayani belum tentu memimpin.
Yang tidak mau melayani, tidak boleh dan tidak berhak memimpin.
Pemimpin adalah pelayan, namun pelayan belum tentu pemimpin.
Yang tidak rela menjadi pelayan, tidak layak menjadi pemimpin.

Kepemimpinan ala Yesus Kristus sangat sulit dan sangat tidak natural. Namun konsep tersebut senantiasa menantang kita yang terus- menerus diserbu oleh dahsyatnya godaan kuasa. Entah bagaimana dengan Anda, namun saya beranggapan masing-masing kita juga persis seperti Yohanes dan Yakobus serta para murid lainnya yang selalu ingin menjadi yang terutama, yang terkemuka, yang terdepan, yang terhebat, dan berbagai predikat superlatif lainnya.

Kiranya Allah menolong kita semua, utamanya para Pimpinan HKBP juga buat para Pemimpin Distrik yang dilantik untuk melepaskan diri dari jerat kuasa, dan dalam anugerah-Nya dimampukan untuk menjadi pemimpin sejati dengan melayani sesama.



Justify Full