JUBILEUM 150 TAHUN HKBP

JUBILEUM 150 TAHUN HKBP
Tampilkan postingan dengan label HKBP. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label HKBP. Tampilkan semua postingan

20 Desember 2009

LOGO TAHUN PENATALAYANAN HKBP 2010


Keterangan Logo

1.Lima buah garis bujur sangkar warna hitam

Menggambarkan ketersusunan dan keteraturan organisasi dan administrasi gereja HKBP di bawah kepemimpinan dengan sistem flat.

2.Logo HKBP warna biru

Ketersusunan dan keteraturan kepemimpinan dan pelayanan menuju HKBP yang semakin mengenal jati dirinya.

3.Bola Dunia dengan daratan hijau dan lautan biru.

Pelayanan HKBP merupakan bagian dari pelayanan gereja di tengah-tengah dunia ini, untuk mewujudkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan Tuhan.

4.Kepala dan tangan yang merangkul dengan warna kuning emas

Menggambarkan Kristus sebagai kepala gereja yangmerangkul umat yang percaya kepadaNya di dunia menuju damai sejahtera.

Copyright : Kantor Pusat HKBP - Pearaja Tarutung


17 Desember 2008

Rapat Majelis Pekerja Sinode (MPS) HKBP (I)


Sesuai dengan agenda kegiatan Kantor Pusat HKBP dan sesuai dengan undangan yang dilayangkan Ephorus HKBP, Pdt. DR. Bonar Napitupu No : 646/D03/XI/2008 tanggal 18 November 2008 kepada para anggota Majelis Pekerja Sinode (MPS) HKBP, maka pada tanggal 16-18 Desember 2008 dilaksanakan Rapat Majelis Pekerja Sinode HKBP di Auditorium HKBP Seminarium Sipaholon. Inilah Rapat MPS HKBP yang pertama setelah terlaksananya Sinode Godang HKBP Ke-59 yang berhasil memilih Pimpinan Pusat dan Para Phraeses baru HKBP Periode 2008-2012.


Adapun kegiatan yang akan dilaksanakan pada Rapat MPS ini sesuai dengan Undangan Ephorus tersebut adalah :

  1. Informasi Pimpinan
  2. Perkenalan
  3. Memahami Tugas MPS sesuai AP
  4. Menetapkan Anggaran dan Program Kerja 2009
  5. Memilih Ketua Badan Usaha


Apa sih Majelis Pekerja Sinode (MPS) HKBP itu ?


Menurut AP HKBP 2002 Pasal 18 bahwa Pengertian MPS adalah : rapat yang berugas memikirkan cara melaksanakan Keputusan Sinode Agung. Anggotanya adalah : Para Pimpinan HKBP (5 orang), Semua Phraeses, Ketua STT HKBP, Ketua Balitbang HKBP, Ketua Badan Audit HKBP, Ketua Badan Penyelenggara Pendidikan HKBP, Ketua Rapat Pendeta, Seorang utusan dari Guru Jemaat, Bibelvrow dan Diakones, 2 orang utusan dari masing-masing Distrik (biasanya ideal-nya seorang Pendeta + seorang Sintua).

Periode anggota MPS adalah 4 tahun.


Menurut AP HKBP 2002, pada BAB VII RAPAT DI HKBP, pasal 26 bagian 4 yaitu Rapot di Tingkat Pusat, pada angka 4.2 Rapat Majelis Pekerja Sinode tugas-nya adalah :


  1. Menetapkan Rencana Tahunan dan Anggaran Pendapatan Belanja tahunan HKBP
  2. Memilih Kepala Badan Audit HKBP dan Kepala Badan Usaha HKBP
  3. Menerima dan membicarakan Laporan Badan Audit HKBP
  4. Menerima pertanggungjawaban Badan Usaha HKBP melalui Pimpinan HKBP
  5. Menetapkan peraturan-peraturan yang belum diatur dalam Aturan Peraturan HKBP demi memantapkan pelaksanaan pelayanan-pelayanan di HKBP


pada angka 4.2 d waktunya adalah setahun sekali dan pada angka 4.2 b Pimpinan-nya adalah Ephorus.


Siapakah yang menyusun Rencana Tahunan dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja HKBP ?


Menurut AP HKBP 2002 BAB IV HKBP UMUM pada pasal 11 tentang Ephorus di angka 1.11, pada pasal 12 tentang Sekretaris Jenderal di angka 1.5, pada pasal 13 tentang Kadep Koinonia di angka 1.2 e, pada pasal 14 tentang Kadep Marturia di angka 1.1 e, pada pasal 15 tentang Kadep Diakonia di angka 1.2 e,…ke-5 (lima) pimpinan HKBP inilah yang menyusun Rencana Tahunan dan Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja yang akan di sampaikan kepada Majelis Pekerja Sinode untuk ditetapkan.


Apakah itu Badan Audit HKBP ?


Menurut AP HKBP pasal 19 pengertian Badan Audit HKBP adalah :

Organ yang mengaudit dan mengevaluasi penggunaan keuangan, kekayaan, dan pelaksanaan program kerja semua unit pelayanan di HKBP

Tugas-nya adalah :


  1. Memeriksa dan mengadakan audit pengelolaan keuangan dan kekayaan di semua organ pelayanan di HKBP
  2. Memeriksa dan mengevaluasi pelaksanaan program kerja semua organ pelayanan di HKBP
  3. Memperisapkan dan membuat laporan berkala pemeriksaan dan evaluasi penggunaan uang, kekayaan, dan proses pelaksanaan program kerja untuk disampaikan kepada pimpinan organ pelayanan bersangkutan
  4. Menyampaikan rekapitulasi hasil audit keuangan HKBP ke setiap jemaat melalui Pimpinan HKBP paling sedikit-nya setahun sekali
  5. Mengawasi dan mengendalikan kekayaan dan keuangan HKBP
  6. Bertanggungjawab kepada Majelis Pekerja Sinode


Kepala Badan Audit HKBP dipilih oleh MPS HKBP dari warga Gereja, dan ditetapkan oleh Pimpinan HKBP dengan surat keputusan. Anggotanya tiga hingga empat orang yang diangkatoleh Pimpinan HKBP dari warga HKBP, dan ditetapkan dengan surat keputusan.


Syarat menjadi Pimpinan dan Anggota Badan Audit HKBP

  • Warga HKBP yang rajn mengikuti kebaktian, setia, dan bersedia mempersembahkan dirinya untuk perkerjaan gereja
  • Warga HKBP yang memiliki kemampuan di bidang pengelolaan dan pengembangan dunia usaha
  • Sehat rohani dan jasmani
  • Belum pernah dikenai sanksi Peraturan Penggembalaan dan Siasat gereja HKBP
  • Berusia paling sedikit-nya 40 tahun, dan setinggi-tingginya 61 tahun.


Ketua Badan Audit HKBP yang lama adalah : St. Drs.Dj.Sihotang, anggotanya adalah :

  1. St. Djalantar Sihombing, SH
  2. Drs. Surung Naibaho
  3. Drs. Pieter Napitupulu


Apakah itu Badan Usaha HKBP ?


Menurut AP HKBP 2002 pasal 20, pengertian Badan Usaha HKBP adalah : Organ yang mengusahakan sumber-sumber dana yang diperlukan HKBP dalam melaksanakan pelayanannya.

Tugas Badan Usaha HKBP adalah :


  1. Memberdayakan asset-asset HKBP supaya dapat menjadi sumber dana bagi HKBP
  2. Mendirikan badan-badan usaha HKBP, atau badan usaha kerja sama dengan warga gereja, atau badan-badan luar negeri, yang dapat menjadi sumber dana bagi HKBP
  3. Mencari dan menghimpun dana dari warga jemaat yang mampu dan mau menyumbang badan-badan usaha HKBP
  4. Mengelola dana yang berasal dari badan-badan usaha HKBP sesuai dengan Aturan Peraturan HKBP
  5. Bertanggungjawab kepada MPS melalui Pimpinan HKBP


Ketua Badan Usaha HKBP dipilih oleh MPS dari tengah-tengah warga HKBP, dan ditetapkan oleh Pimpinan HKBP dengan surat keputusan. Anggotanya 15 hingga 20 orang, yang diangkat oleh Pimpinan HKBP dari antara warga HKBP.


Syarat menjadi Pimpinan dan Anggota Badan Usaha HKBP

· Warga HKBP yang rajn mengikuti kebaktian, setia, dan bersedia mempersembahkan dirinya untuk perkerjaan gereja

· Warga HKBP yang memiliki kemampuan di bidang pengelolaan dan pengembangan dunia usaha

· Sehat rohani dan jasmani

· Belum pernah dikenai sanksi Peraturan Penggembalaan dan Siasat gereja HKBP

· Berusia paling sedikit-nya 35 tahun, dan setinggi-tingginya 61 tahun.


Ketua Badan Usaha HKBP yang lama adalah : Daemoli Siahaan, SH

Anggotanya :

  • Banjar Marpaung
  • Jack Napitupulu
  • Tambos Naiborhu, SH, MSc
  • Sujono Manurung
  • Ir. Arman Panjaitan
  • Maja Hutapea
  • Ir. Panangian Simanungkalit, MSc
  • Rustam Sidabutar, SH, MSc
  • St. Drs. TP. Hutapea
  • St. Raden Pardede
  • Dr. Adler Manurung
  • Ir. Alidin Simanjuntak MBA
  • Ir. Hotasi Nababan, MSc
  • Ny. Luseria Sitorus br. Siagian, BSc
  • Jasman Panjaitan, SH

08 November 2008

IBADAH MEMBERANGKATKAN CALEG WILAYAH TAPANULI DI PEARAJA ; BAGAIMANA SIKAP POLITIK ORANG KRISTEN ?












Hari rabu, tanggal 5 November yang lalu diadakan Ibadah memberangkatkan para calon legislatif warga gereja di HKBP Pearaja yang terletak di lokasi Kantor Pusat HKBP. Kata-kata bimbingan dan pesan pastoral disampaikan oleh Ephorus HKBP, Pdt. DR. Bonar Napitupulu : “Raihlah Kursi Legislatif Sesuai Dengan Doktrin Gereja dan Firman Tuhan”. Ibadah yang berjalan kurang lebih satu setengah jam ini khusus diperuntukkan bagi calon legislatif di wilayah Tapanuli (Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Toba Samosir, Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli Selatan dan Kota Sibolga) dan dari seluruh daerah pemilihan tingkat I, II dan Pusat.

Kita semua tahu bahwa gonjang-ganjing menjelang Pemilu 2009 sudah terasakan mulai dari sekarang. Tidak ketinggalan orang-orang Kristen berpartisipasi membentuk partai dan maju sebagai calon anggota legislatif untuk dipilih.

Kita tidak tahu apa yang bakal terjadi dengan suasana politik kita 2009. Di sini saya tidak mau meramal, tetapi mau mempertanyakan bagaimana sikap politik orang Kristen. Apakah mau ramai-ramai mendukung partai kristen? Apakah tetap memilih partai-partai nasionalis? Apakah tidak peduli dalam arti menjadi anggota golput? Asal tahu saja ketika Anda mengatakan "Saya tidak mau berpolitik!" sebenarnya Anda sudah berpolitik. Pertanyaan selanjutnya, sikap politik seperti apakah yang dianut oleh orang Kristen dalam menatap tahun 2009?

Kita seringkali mengandalkan Roma 13 untuk membuat posisi berpolitik. Sayangnya kita juga sering lupa membenturkan Roma 13 dengan Wahyu 13. Pemerintah merupakan hamba Allah, tetapi juga dapat menjadi monster yang menakutkan.

Sebenarnya ada banyak contoh di Alkitab bagaimana menentukan sikap berpolitik. Bapak/Ibu, saudara-saudari semua pasti sudah mengenal Yeremia, nabi besar Perjanjian Lama setelah Yesaya? Kalau kita menelusuri Kitab Yeremia dan berhenti di pasal 7 kita akan melihat tentang firman yang "datang" kepada Yeremia dari TUHAN (ay. 1).

Yeremia konon disuruh TUHAN nongkrong di depan gerbang Bait Suci guna berkampanye perlunya perbaikan langkah-langkah dan perbuatan (ay. 30). Bukan cuma berani, perkataan Yeremia ini juga benar-benar
sangat serius, misalnya "janganlah percaya pada perkataan dusta yang berbunyi ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN" (ay. 4).
Bayangkanlah kalau Anda pada hari Minggu berdiri di depan pintu HKBP dan berteriak-teriak kepada para pengunjung "Ini bukan gereja, bukan gereja, bukan gereja! Ini dusta! Pulang saja kalian!" Bagaimana kalau Anda mencobanya juga di depan Istana Merdeka?

Kita sudah tahu bahwa pendirian Bait Suci di Yerusalem merupakan simbol rumah TUHAN yang ada di surga. Bait Suci juga simbol kekuatan Israel. Terbukti sudah ratusan tahun sebelumnya musuh-musuh yang
mengepung Israel berhasil dipukul mundur. Kalau TUHAN di pihak kita, siapakah lawan kita? Tidak ada! Demikian penggalan lagu sekolah minggu "Aku Pahlawan Kecil". Kalau tempo doeloe begitu, mestinya sekarang juga sama. Demikianlah "teologi" orang Israel tempo dulu yang kita sebut dengan "teologi kemenangan". Ternyata Yeremia tidak setuju dengan "teologi" itu. Bait Suci sudah dijadikan jimat.

TUHAN melihat bahwa ibadah mereka hanyalah kedok guna menutupi kejahatan. Mereka tidak melaksanakan keadilan. Semestinya kalau berteologi haruslah mendorong pelaksanaan keadilan (ay. 5), tidak menindas dan menumbalkan orang yang tidak bersalah (ay. 6), tidak berselingkuh dengan ilah lain (juga ay. 6), menjalankan Taurat secara murni dan konsekuen (ay. 9) . Teologi kemenangan telah membuat orang lupa diri dan munafik. Itulah sebabnya TUHAN lewat Yeremia mendakwa umat telah menjadikan Bait Suci tempat sarang penyamun (ay. 11). Warga Yerusalem tampak seperti kuburan. Tampakan luar begitu religius, namun tidak bermoral dalam arti perbuatan moral. Teologi kemenangan hanya bicara soal moral tanpa peduli tindakan moral. Suatu teologi yang hanya "Kumenang, kumenang bersama Kristus Tuhan". Yeremia mengganggu stabilitas politik Raja Yoyakim. Kalau kita melihat kiprah Yeremia sepertinya ia benar-benar anti-Bait Suci. Sebenarnya Yeremia anti-self-worship. Pemasalahan fundamental yang bersifat horisontal seperti keadilan, pengendalian dan pembatasan kekuasaan, penghargaan terhadap kehidupan sebagai anugerah TUHAN, serta perhatian kepada mereka yang lemah dan tidak berdaya tidak diperhitungkan. Kita tahu sendiri kisah Yeremia selanjutnya.

Pemberitaan model khotbah dalam rangka self-worship tidak akan mempunyai daya sengat. Memang saya akui pemberitaan yang tidak gegap gempita dan tidak berapi-api biasanya kurang diminati oleh warga jemaat. Ada jemaat yang berkata, "Pendeta anu khotbah-nya sangat kritis lho!" Apanya yang kritis? Wong biasanya isu-isu yang "dikritik" adalah harmless. Misalnya, merokok itu dosa seperti yang sering dikatakan oleh para pendeta. Penyelewengan pernikahan, evolusionisme, dan entah apa lagi yang sama sekali tidak berisiko secara politis. Pemberitaan yang mengarah kepada Dia Yang Suci akan menunjuk kepada dosa-dosa struktural. Ini seringkali tidak disadari oleh gereja agar memperhatikan sisi horisontal pelayanan termasuk mendorong warganya berpolitik dengan lebih sungguh-sungguh.

Selanjutnya mari kita baca Markus 12:13-17 (bdk. Mat. 22:15-22). Kemudian saya mencoba berimajinasi bahwa makna jawaban Yesus tidaklah seperti yang Anda duga. Dalam perikop ini ada beberapa unsur yang ditampilkan, yaitu (1) orang Farisi dan pendukung Herodes yang Yesus sebut orang munafik, (2) Yesus sebagai orang jujur, mengajar dengan jujur, dan dengan segala kejujuran, dan (3) koin Dinar yang ada gambar dan tulisan Kaisar (Roma). Sebenarnya Yesus tidak setuju jika membayar pajak diartikan untuk menunjukkan pengakuan terhadap kekuasaan kaisar. Dengan bahasa masa kini, barangkali Yesus akan bertanya,"Gambar siapa tuh?". Jawab,"Gambar SBY!" Kalau begitu, berikan saja kepada SBY, kata Yesus. Sebenarnya Yesus mau menyindir para pejabat pemerintah yang mencari makan dari kekuasaan Presiden dengan menindas bangsa sendiri, tetapi tidak berani melawan monster-monster penguasa yang menyeramkan itu.

Saya tidak tahu apa di balik keberanian saudara-saudara kita ini mencalonkan diri menjadi calon anggota legislatif. Mungkin mereka berkeinginan apabila terpilih untuk menata negara ini lebih baik lagi. Andaikata ia benar-benar terpilih menjadi anggota Dewan, apakah ia mewujudkan tekatnya itu guna memperbaiki kinerja pemerintah dan membawa kemajuan bagi negara dan secara khusus bagi daerahnya masing-masing? Ah, jangan-jangan nanti mereka justru lupa dengan janji-janji kampanye!

Lalu bagaimana dong sebagai orang Kristen?

Orang Kristen yang gigih memperjuangkan kepentingan orang kecil dan tak berdaya, melayani tanpa pamrih, dan selalu berani menyuarakan kebenaran pasti akan disukai rakyat.

02 November 2008

PELANTIKAN PHRAESES HKBP : APA YANG KITA HARAPKAN DARI SEORANG PEMIMPIN?


Hari ini secara serentak kembali akan dilaksanakan pelantikan 5 Pemimpin Distrik (Phraeses) di 5 Distrik HKBP, yaitu para Phraeses HKBP yang terpilih pada Sinode Godang HKBP ke-59, yang dilaksanakan pada 1-7 September 2008. Untuk itu ke-5 Pimpinan Pusat HKBP masing-masing akan melantik para Phraeses tersebut di Distrik tempat mereka melayani, dan rencananya untuk melantik Phraeses Distrik I Tapsel-SUMBAR adalah Kepala Departemen Koinonia HKBP, Pdt. Dr. Jamilin Sirait bertempat di HKBP Kota-Padangsidimpuan. Sebelumnya acara serah terima Pimpinan Distrik dilaksanakan pada hari ini, bertempat di Gedung Konsistori HKBP Kota Padangsidimpuan antara Pdt. T.P panggabean, STh (Phraeses lama) kepada Pdt. Marolop Sinaga, MTh (Phraeses baru), disaksikan oleh para pelayan yang diutus dari Kantor Pusat HKBP.
Kita sepatut-nya mengucapkan terima kasih atas pelayanan yang telah diberikan oleh Bapak Pdt. T.P Panggabean, STh selama 4 tahun memimpin Distrik I dan kepada Pimpinan Distrik yang baru kita banyak menaruh harapan akan pengembangan pelayanan HKBP di Distrik I 4 tahun kedepan.
Pimpinan Distrik adalah pelaksana kebijakan Pimpinan Pusat di tingkat Distrik. Juga pelaksana dan aktor utama dalam mensosialisasikan hasil-hasil Sinode Godang yang telah dilaksanakan. Bagaimana harapan kita bagi para pemimpin kita yang baru ini? Konsep kepemimpinan yang bagaimana yang kita butuhkan ?

PEMIMPIN DAN PELAYAN

True greatness, true leadership, is achieved not by reducing men to one's service but in giving oneself in selfless service to them.
(Oswald Sanders)

Banyak orang menganggap dirinya sebagai seorang pemimpin Kristen, baik di kantor, organisasi, kampus, rumah, atau gereja, meskipun konsep dan aksi kepemimpinan mereka sangat berbeda dengan konsep dan aksi kepemimpinan yang pernah diajarkan dan didemonstrasikan oleh Yesus Kristus. Aneh memang, tapi nyata.

Konsep kepemimpinan umum biasanya dikaitkan dengan konsep kuasa (power). Karena pemimpin diidentikkan dengan kuasa, muncul opini umum yang mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki kuasa. Kuasa itu sendiri sering kali didefinisikan sebagai kapasitas untuk mempengaruhi orang lain. Beberapa sumber kuasa yang populer termasuk posisi, uang, fisik, senjata, kepakaran, dan informasi.

Konsep Yesus tentang kuasa jelas berbeda. Namun yang penting diingat terlebih dulu adalah bahwa Yesus tidak meniadakan kuasa. Ia sendiri mengatakan bahwa Ia memiliki kuasa. Yang Yesus lakukan adalah membongkar dan memperbaiki pengertian kuasa dan aplikasinya oleh pemimpin. Ajaran Yesus sama sekali tidak berfokus pada kuasa seorang pemimpin, namun kerendahan hati seorang pelayan. Kristus memandang kerajaan-Nya sebagai suatu komunitas individu yang melayani satu sama lain (Galatia 5:13).

Pemimpin adalah Hamba

Dalam Alkitab versi King James, kata "pemimpin" muncul hanya enam kali, yaitu tiga kali dalam bentuk tunggal dan tiga kali dalam bentuk plural. Namun tidak berarti konsep kepemimpinan atau figur pemimpin tidak penting dalam Alkitab. Yang sangat menarik, konsep pemimpin dalam Alkitab muncul dengan terminologi yang berbeda-beda. Yang paling sering dipakai adalah "pelayan" atau "hamba". Allah tidak menyebut, "Musa, pemimpin-Ku" tetapi "Musa, hamba-Ku".

Alkitab memakai kata Yunani 'doulos' dan 'diakonos' yang diterjemahkan sebagai hamba. Meskipun kedua kata tersebut sulit dibedakan dalam penggunaannya, David Bennett dalam bukunya "Leadership Images from the New Testament" menulis bahwa 'doulos' mengacu kepada seseorang yang berada di bawah otoritas orang lain, sedangkan 'diakonos' lebih menekankan kerendahan hati untuk melayani orang lain.

Kata Yunani ketiga yang sering dipakai Alkitab untuk hamba adalah 'huperetes', yang menunjuk secara literal kepada orang-orang yang mendayung di level bagian bawah dari kapal perang Yunani kuno yang memiliki tiga tingkat. Thayer's Hebrew Dictionary mengartikannya sebagai 'bawahan' (underlings, sub-ordinate).

Setelah mempelajari tiga terminologi di atas, kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa konsep pemimpin di dalam Alkitab adalah hamba. Lebih konkret lagi, hamba yang dengan rela hati mengambil tempat yang terendah, dan bertahan dalam berbagai kesulitan dan penderitaan karena pelayanannya terhadap orang lain.

Betapa kontras dengan konsep kepemimpinan sekuler!

Mencermati Pemimpin-Pelayan

Jadi pemimpin Kristen adalah seorang pemimpin-pelayan. Namun pemimpin-pelayan sering kali dianggap sebagai sebuah kontradiksi dalam terminologi (oxymoron). Bagaimana mungkin kita dapat menjadi pemimpin dan pelayan pada saat bersamaan?

Untuk mengerti kedalaman dan menghargai keindahan konsep pemimpin- pelayan, kita perlu melihat minimal dua acuan firman Tuhan berikut ini.

Pertama, "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya" (Markus 9:30-37).

Dalam konteks Markus 9 di atas, murid-murid Yesus meributkan tentang siapa yang terhebat di antara mereka. Dan mereka meributkan itu persis setelah Yesus memberitahukan untuk kedua kalinya bahwa Ia hendak menuju ke jalan salib. Sungguh ironis! Namun betapa persis! Persis menggambarkan kita manusia yang berambisi terhadap kuasa, dan berani menyebut diri pemimpin Kristen. Ketika Yesus mengkonfrontasi mereka, saya bayangkan betapa malu mereka.

Yesus lalu mengajarkan kepemimpinan yang sejati. Bagi yang ingin di depan haruslah menjadi yang paling belakang. Yang ingin menjadi pemimpin, harus menjadi hamba. Untuk menjelaskan ini, Ia lalu merangkul seorang anak kecil sebagai model. Seorang anak kecil tidak memiliki pengaruh sama sekali, tidak memiliki kuasa. Namun Yesus berkata, siapa yang menyambut sesamanya yang tidak berarti, ia menyambut Tuhan.

Kebesaran seorang pemimpin Kristen tidak terletak pada berapa orang yang menjadi pengikutnya, tetapi berapa banyak orang yang dilayaninya. Kebesaran seorang pemimpin Kristen terletak justru pada komitmennya kepada mereka yang tersisih, kecil, marjinal, dan sering terlupakan.

Yesus membalikkan seratus delapan puluh derajat konsep kepemimpinan yang dimiliki kebanyakan orang, termasuk para murid-Nya. Alkitab menulis bahwa tak seorang pun yang kuasanya melebihi Dia (Yohanes 13:3). Keempat Injil mencatat segala perbuatan ajaib yang pernah dilakukan-Nya. Namun Yesus tidak pernah sekalipun menggunakan kuasa- Nya untuk kepentingan pribadi. Ia menganggap kuasa-Nya sebagai sesuatu yang dipakai untuk melayani orang lain.

Kedua, "Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya" (Markus 10:43,44).

Belum lama kejadian di Markus pasal 9 berlalu, murid-murid Yesus kembali menanyakan kemungkinan mereka memperoleh posisi saat suksesi kepemimpinan terjadi. Dan ini terjadi setelah Yesus memberitahukan tentang penderitaan jalan salib yang akan Ia lalui untuk ketiga kalinya! Tragis bukan?

Kita pasti pernah mendengar kutipan terkenal dari Lord Acton yang berkata bahwa "Power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely." Yang mungkin jarang kita dengar adalah kebalikan dari kutipan di atas. Powerlessness juga punya tendensi untuk korup, sebagaimana pernyataan Edgar Friedenberg: "All weakness tends to corrupt and impotence corrupts absolutely."

Niccolo Machiavelli dalam karyanya yang terkenal "The Prince", menulis bahwa manusia senantiasa memiliki ambisi terhadap kuasa, dan setelah memiliki kuasa cenderung menyalahgunakan kuasa tersebut. Keinginan tersebut mengkorupsi diri manusia.

Untuk kesekian kalinya, Yesus menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah pelayanan. Kata "ingin" dan "hendaklah" dalam ayat 43 dan 44 di atas berasal dari kata "want" dan "must" dalam bahasa Inggris. Jadi yang lebih tepat adalah "ingin" dan "harus". Yesus mengajukan syarat yang konkret. Ingin menjadi besar, harus menjadi pelayan. Ingin menjadi terkemuka, harus menjadi hamba.

Kita cenderung berat sebelah, condong kepada sisi "ingin" dan melupakan sisi "harus". Kita cenderung ingin jadi besar namun tidak mau menjadi pelayan bagi sesama. Kita memilih untuk menjadi yang terkemuka, namun tidak pernah rela menjadi hamba bagi orang lain.

Yesus lalu berkata tentang diri-Nya: "Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (10:45). Inilah yang disebut Oswald Sanders sebagai "The Master's Master Principle". Prinsip ini tidak dimengerti oleh Yohanes dan Yakobus yang menginginkan mahkota namun menghindari salib, yang mengejar kemuliaan tapi menjauhkan penderitaan, yang berambisi menjadi tuan dan menolak disebut hamba.

Pernah seorang ahli Theologi mengatakan bahwa Yesus tidak mengajarkan konsep pemimpin-pelayan. Terminologi tersebut tidak pernah muncul di Alkitab. Yang ia ajarkan adalah konsep pelayan, dan setiap orang Kristen seharusnya menjadi pelayan. Namun tidak semua orang dipanggil menjadi pemimpin.

Ini masukan yang sangat berharga dan saya setuju dengan sepenuh hati. Tetapi saya juga beranggapan bahwa memang benar tidak semua orang dipanggil menjadi pemimpin, namun mereka yang terpanggil menjadi pemimpin haruslah menjadi pemimpin-pelayan.

Namun yang penting untuk digarisbawahi adalah bahwa dalam konsep pemimpin-pelayan, yang menjadi tekanan bukanlah aspek "pemimpin", namun aspek "pelayan". Pemimpin-pelayan bukan pemimpin yang melayani, namun pelayan yang memimpin. Ia bukan seorang pemimpin yang lalu merelakan diri untuk melayani orang lain. Namun ia pertama-tama adalah seorang pelayan, seorang hamba Allah yang lalu terpanggil untuk memimpin.

Setelah cukup lama merenungkan ajaran Yesus di atas, ada beberapa kristalisasi pemikiran yang mengemuka:

Memimpin adalah melayani, namun melayani belum tentu memimpin.
Yang tidak mau melayani, tidak boleh dan tidak berhak memimpin.
Pemimpin adalah pelayan, namun pelayan belum tentu pemimpin.
Yang tidak rela menjadi pelayan, tidak layak menjadi pemimpin.

Kepemimpinan ala Yesus Kristus sangat sulit dan sangat tidak natural. Namun konsep tersebut senantiasa menantang kita yang terus- menerus diserbu oleh dahsyatnya godaan kuasa. Entah bagaimana dengan Anda, namun saya beranggapan masing-masing kita juga persis seperti Yohanes dan Yakobus serta para murid lainnya yang selalu ingin menjadi yang terutama, yang terkemuka, yang terdepan, yang terhebat, dan berbagai predikat superlatif lainnya.

Kiranya Allah menolong kita semua, utamanya para Pimpinan HKBP juga buat para Pemimpin Distrik yang dilantik untuk melepaskan diri dari jerat kuasa, dan dalam anugerah-Nya dimampukan untuk menjadi pemimpin sejati dengan melayani sesama.



Justify Full

09 Oktober 2008

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)



Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) adalah Gereja Protestan terbesar di kalangan masyarakat Batak, bahkan juga di antara Gereja-gereja Protestan yang ada di Indonesia. Gereja ini tumbuh dari misi RMG (Rheinische Missions-Gesselschaft) dari Jerman dan resmi berdiri pada 7 Oktober 1861.

Saat ini, HKBP memiliki lebih dari 3 juta anggota di seluruh Indonesia. HKBP juga mempunyai beberapa gereja di luar negeri, seperti di Singapura, Kuala Lumpur, Los Angeles, New York, Seattle dan di negara bagian Colorado. Meski memakai nama Batak, HKBP juga terbuka bagi suku bangsa lainnya.

Sejak pertama kali berdiri, HKBP berkantor pusat di Pearaja (Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) yang berjarak sekitar 2 km dari Tarutung, ibu kota kabupaten tersebut. Pearaja merupakan sebuah desa yang terletak di sepanjang jalan menuju kota Sibolga (ibu kota Kabupaten Tapanuli Tengah). Kompleks perkantoran HKBP, pusat administrasi organisasi HKBP, berada dalam area lebih kurang 20 hektar. Di kompleks ini juga Ephorus (=uskup) sebagai pimpinan tertinggi HKBP berkantor.

Sejak adanya Aturan dan Peraturan (AP) HKBP 2002, HKBP dipimpin secara kolektif oleh 5 jabatan, yaitu : Ephorus (Pucuk Pimpinan), Sekretaris Jendral (mengurusi bidang administrasi), Kepala Departemen Kinonia, Kepala Departemen Marturia, Kepala Departemen Diakonia

HKBP adalah anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), anggota Dewan Gereja-gereja Asia (CCA), dan anggota Dewan Gereja-gereja se-Dunia (DGD). Sebagai gereja yang berasaskan ajaran Lutheran, HKBP juga menjadi anggota dari Federasi Lutheran se-Dunia (Lutheran World Federation) yang berpusat di Jenewa, Swiss.

SEJARAH PENYEBARAN INJIL AWAL DI TANAH BATAK

Beberapa sumber mencatat bahwa pengabaran Injil di tanah Batak dimulai semenjak Pendeta Ward dan Pendeta Barton dari Gereja Baptis Inggris meyebarkan injil. Usaha pengabaran Injil di tanah Batak dimulai kembali di tahun 1834 dengan diutusnya Pdt Samuel Munson dan Pdt Henry Lyman dari badan Zending di Boston. Usaha ini mengalami kegagalan di saat kedua missionaris tersebut mati martir di Lobu Pining (Tapanuli Utara). Usaha menginjili tanah Batak sempat terhenti sampai berita mengenai tanah Batak terdengar lagi di Eropa dari hasil ekspedisi seorang Ilmuwan yang bernama Junghun pada tahun 1840. Akibatnya pada tahun 1849 Lembaga Alkitab Belanda mengirim Van der Tuuk untuk mempelajari Bahasa Batak dan hasilnya adalah diterjemahkannya sebagian Alkitab ke dalam bahasa Batak menggunakan aksara Batak. Setelah melihat hasil karya Van der Tuuk, Badan Zending Rheinshe (RMG) mengalihkan konsentrasinya dalam menyebarkan Injil ke daerah Batak degan mengutus Pendeta D.R. Fabri ke sana, sebagian sumber menyebutkan bahwa hal ini disebabkan terhalangnya usaha RMG di Kalimantan.

KELAHIRAN HKBP

Setelah sekian lama melakukan pengabaran Injil, pada tanggal 31 Maret 1861 di Sipirok, akhirnya Pendeta Van Asselt mengadakan Baptisan Kudus pertama bagi orang Batak, yaitu pada Simon Siregar dan Jakobus Tampubolon. Karena wilayah penginjilan yang mulai meluas, pada tanggal 7 Oktober di tahun yang sama di Sipirok diadakan pertemuan antara 4 Missionaris yang membicarakan pembagian wilayah Penginjilan. Hari ini kemudian diperingati sebagai hari kelahiran HKBP. Nama HKBP sendiri awalnya merupakan singkatan dari masing-masing nama ke-4 missionaris tersebut, yaitu :Pdt. Heine, Pdt. J.C. Klammer, Pdt. Betz dan Pdt. Van Asselt.



ORGANISASI

HKBP ditata mengikuti sistem keuskupan, mirip dengan Gereja-gereja yang menganut sistem episkopal seperti Gereja Katolik Roma, Gereja Anglikan, Gereja Methodis, dll. Pimpinan tertingginya disebut Ephorus. Ephorus HKBP yang pertama adalah Dr. I.L. Nommensen. Ephorus dibantu oleh seorang Sekretaris Jenderal dan sejumlah Kepala Departemen. Di bawahnya adalah praeses yang memimpin distrik-distrik gereja, sementara di bawah distrik terdapat resort yang dipimpin oleh pendeta resort, dan di tingkat yang paling bawah adalah jemaat individual yang dipimpin oleh pendeta. Saat ini HKPB mempunyai 26 praeses di seluruh Indonesia. Dalam pelayanannya, seorang pendeta HKBP biasanya dibantu oleh Guru Huria, sementara ada pula jabatan lain yaitu Bibelvrouw dan diakones.

Pada tahun 1986, untuk pertama kalinya HKBP menahbiskan seorang pendeta perempuan yaitu Pdt. Norce P. Lumbantoruan, S.Th.

Sampai April 2003, HKBP mempunyai 1.115 Pendeta, 250 Calon Pendeta, 550 Guru Jemaat, 28 Calon Guru Jemaat, 309 Bibelvrouw, 49 Calon Bibelvrouw, 193 Diakones, 38 Calon Diakones, dan 5 Evangelis. Keseluruhan pelayan dan calon pelayan berjumlah 2.537 orang.

Saat ini jabatan Ephorus HKBP dipegang oleh Pdt. Dr. B. Napitupulu yang melayani mulai tahun 2004.

DAFTAR EPHORUS HKBP

  • Pdt. Dr. I.L. Nommensen - Ephorus pertama (1881-1918)
  • Pdt. Valentin Kessel - Pjs. Ephorus (1918-1920)
  • Pdt. Dr. Johannes Warneck (1920-1932)
  • Pdt. P. Landgrebe (1932-1936)
  • Pdt. Dr. E. Verwiebe (1936-1940)
  • Pdt. H.F. de Kleine - Penjabat Ephorus (1940)
  • Pdt. K. Sirait - Ephorus Batak pertama (1940-1942)
  • Pdt. Dr. (H.C.) Justin Sihombing (1942-1950)
  • Pdt. Justin Sihombing (1950-1960)
  • Pdt. Justin Sihombing (1960-1962)
  • Pdt. Dr. (H.C.) T.S. Sihombing (1962-1974) terpilih dalam Sinode Godang Istimewa
  • Pdt. G.H.M. Siahaan (1974-1981)
  • Pdt. G.H.M. Siahaan (1981-1986)
  • Pdt. Dr Dr. Hc. S.A.E Nababan, LLD (1986-1998)
    • Pada masa kepemimpinan Pdt. Nababan, terjadi Krisis HKBP (1992-1998) yang menghasilkan dualisme kepemimpinan hingga 1998
  • Pdt. Dr. P.W.T. Simanjuntak (1993-1998) – terpilih dalam Sinode Godang Istimewa
  • Pdt. Dr. J.R. Hutauruk (1998) – terpilih sebagai Pjs. Ephorus dalam Sinode Godang ke-53
  • Pdt. Dr. J.R. Hutauruk (1998-2004) – terpilih dalam Sinode Godang Rekonsiliasi
  • Pdt. Dr. Bonar Napitupulu (2004-2008)
  • Pdt. Dr. Bonar Napitupulu (2008-2012), terpilih kembali pada Sinode Agung HKBP ke-59, tanggal 1-7 September 2008