JUBILEUM 150 TAHUN HKBP

JUBILEUM 150 TAHUN HKBP

09 April 2009

Malam ini di Partangiangan Passion, kami memutar film "The Passion Of The Christ"


 

Malam ini setelah kebaktian Passion, kami berencana memutar film “The Passion of The Christ” di Gereja HKBP Sipirok. Diharapkan dengan pemutaran film ini semakin menambah penghayatan jemaat akan kesengsaraan yang harus dilalui Yesus demi menebus dosa manusia. Dulu hal ini saya sarankan kepada Pendeta Ressort sebagai Uluan Huria, agar diprogramkan di Tahun 2009 bersamaan dengan Partangiangan Passion. Kebetulan saya sendiri mengurusi Bidang Koinonia di Huria. Jemaat HKBP Sipirok kecil, hanya 65 kk dan setiap tahun  yang mengikuti Partangiangan Passion setiap malam hanya berkisar 20-an orang itupun 95% adalah Ruas Ina. Ya…begitulah adanya jemaat tertua HKBP, bona pasogit-nya HKBP.

 Apa keistimewaan film yang disutradarai oleh Mel Gibson sehingga sangat mengesankan Paus Yohanes Paulus II dan membuat Billy Graham menitikkan air mata ini? Pada saat film ini dirilis dan diputar di seluruh dunia (kecuali Indonesia) tahun 2004, orang Yahudi menuduh film ini mengobarkan semangat anti-semit ( anti Yahudi ) melalui penggambaran betapa jahat perlakuan kaum Yahudi kepada Yesus sehingga Yesus harus mengalami penderitaan yang begitu hebat bahkan sampai mati diatas kayu salib. Disamping itu majalah NEWSWEEK juga memberitakan terjadinya beberapa mujizat yang terkait dengan film ini, termasuk pengalaman bintang film James Caviezel, 35, yang tersambar petir namun bisa menyelesaikan pembuatan film ini.

 

The Passion of The Christ (= Sengsara Kristus ) menceriterakan tentang 12 jam tarakhir kehidupan Tuhan Yesus sebelum akhirnya mati diatas kayu salib. Yang membuat film ini berbeda dengan film-film Yesus lainnya adalah penggambaran secara detail penderitaan Yesus yang begitu memilukan sehingga tubuhNya hancur luluh bermandikan darah. Produser Mel Gibson ( terkenal melalui film Lethal Weapons dan Brave Heart ) sempat mengemukakan alasannya,”Saya ingin menggambarkan betapa dahsyatnya penderitaan Yesus sehingga penonton menyadari penderitaan macam apa yang dialami Yesus. Film ini sangat penuh dengan kekerasan, sehingga jika anda tidak suka ( melihat Yesus disiksa sedemikian rupa ) sebaiknya jangan menonton. Atau jika anda ingin keluar pada saat film baru setengah main, silakan!” Tetapi Mel pun sempat menambahkan argumen lain tentang filmnya,”The Passion of The Christ bercerita tentang iman, harapan, kasih dan pengampunan.”

Terlepas dari kometar DR. Billy Graham yang menyatakan bahwa “The Passion of The Christ merupakan kotbah seumur hidup dalam satu film”, banyak orang Yahudi merasa ketakutan bakal berkobarnya lagi semangat anti-semit ( anti Yahudi ) gara-gara film ini. Belum hilang dalam ingatan mereka bagaimana Hitler secara kejam mencoba melenyapkan bangsa Yahudi dari atas muka bumi pada masa Perang Dunia II yang lalu. Pertanyaan: ‘Siapa sesungguhnya yang membunuh Yesus?’ apabila ditinjau dari fakta sejarah menunjukkan bahwa kekaisaran Romawilah pelakunya. Sementara dari sudut theologi, dosa seisi dunia yang mengakibatkan Yesus mati di atas kayu salib. Namun dalam film ini diperlihatkan bagaimana Kayafas, imam agung Yahudi memimpin
massa yang begitu kesetanan menuntut agar Yesus disalibkan! Untung, akhirnya Mel Gibson memutuskan untuk membuang adegan yang memperlihatkan bangsa Yahudi yang haus darah berteriak:”Ia harus disalibkan! Biarlah darahNya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!” ( Mat 27:25)

Dibuat berdasarkan ke empat Injil ( Matius, Markus, Lukas dan Yohanes ), film senilai USD $ 25 juta ( Rp. 210 milyar ) ini mengambil lokasi di Matera – Roma, Itali dan dibintangi antara lain oleh James Caviezel sebagai Yesus ( secara kebetulan, sama-sama berinisial JC), Maia Morgenstern ( Maria ibu Yesus), Hristo Jivkov ( Yohanes ) serta Monica Bellucci (Maria Magdalena). Percakapan dalam film ini menggunakan bahasa Latin dan Aram, sehingga mencantumkan sub-titel bahasa Inggris. Adapun fokus dari film ini adalah 12 jam terakhir kehidupan Yesus yang diselingi beberapa adegan kilas balik masa kecil Yesus, penduduk Yerusalem sedang mengelu-elukan Yesus yang naik seekor keledai, kotbah di bukit dan perjamuan terakhir. Adegan penangkapan, penahanan, penyiksaan serta penyaliban Yesus diperlihatkan dengan begitu jelas, sangat detail dan terlalu kejam sehingga dikategorikan sebagai R-rated (=Restricted = hanya boleh ditonton oleh orang dewasa, Penyunting). Salah satu mata Yesus tidak bisa melihat karena tertutup kelopak matanya yang membengkak akibat pukulan ketika Ia diseret dari taman Getsemani. Siksaan prajurit-prajurit Romawi, perjalanan panjang menuju bukit Golgota dengan kayu salib di atas bahuNya, dan pemakuan tangan serta kaki Yesus di kayu salib ditayangkan dengan begitu sabar dan cukup lama. Pengaruh adegan kekerasan ini pada awalnya membuat shock, lalu mencekam, dan pada akhirnya memaksa penonton berfikir bagaimana sesorang masih sanggup bertahan hidup dibawah siksaan jasmani yang begitu berat. Memang ada juga adegan lembut dari Maria Ibu Yesus dan Maria Magdalena. Ketika Yesus berseru diatas kayu salib,’Sudah genap!”; ibunya, yang menyaksikan anaknya yang disiksa dengan brutal menghembuskan nafas terakhir, berbisik:”Amin.”

Dalam beberapa interview, Mel Gibson menceritakan kejadian-kejadian yang mengagetkan, bahkan mujizat-mujizat yang terjadi selama pembuatan film."Banyak perkara supra natural terjadi. Contohnya, orang-orang disembuhkan dari penyakit; beberapa disembuhkan pendengaran dan penglihatannya. Ada orang yang kena kilat waktu kami sedang membuat film penyaliban, tetapi dia langsung berdiri dan melanjutkan pekerjaannya. Kuasa dari naskah filmnya sendiri sangat menarik. Misalnya, kasus seorang perempuan berusia 6 tahun, anak dari crew film. Anak perempuan ini selama sebulan terakhir tidak lagi mengalami serangan epilepsi / ayan. Padahal sebelumnya ia mengalami serangan sampai 50x sehari. Lalu ketika pengambilan adegan Yesus menyerahkan nyawanya, diaturlah cahaya terang kilat (lightning) meliputi bumi. Saat itu, banyak crew dan pemain film melihat cahaya tersebut sangat terang, melebihi kapasitas cahaya yang ditargetkan. Seketika itu juga banyak crew dan pemain yang tersentuh hatinya dan bertobat. Begitu pula saat pembuatan film tersebut, banyak orang sekitar yang menonton sehingga mereka BERTOBAT dan DISEMBUHKAN! Gibson sangat kagum bagaimana film ini telah menjamah hampir semua aktor dan artis dalam cara yang menyentuh dan secara pribadi.



Bagimana halnya dengan komentar tokoh-tokoh kristen tentang film ‘The Passion of The Christ’? Banyak orang yang sempat menyaksikan film ini berkata bahwa ‘The Passion of The Christ’ bukan sekedar film, melainkan suatu pengalaman. Suatu pengalaman yang harus dibagikan kepada orang lain!

Rick Warren, pendeta dari gereja Saddleback Valley Community dan penulis buku The Purpose Driven Life berkata,”Saya tidak bisa membayangkan film lain yang telah membuat saya begitu bersukacita dalam 20 tahun terakhir.” Seorang pelayan Tuhan, Pastor Warren, pada tahun 2004 mempromosikan film ini di gerejanya dan memborong 18.000 tiket ( bandingkan dengan jemaat di gereja kita masing-masing). Pada umumnya, pastor / gembala adalah orang yang paling akhir menyarankan jemaatnya untuk nonton film yang masuk kategori Restricted (=Terbatas untuk penonton dewasa), tapi kali ini kebiasaan tersebut tidak berlaku.

Don George, pastor dari Calvary Temple of Irving, Texas berkata,”Saya sarankan anda menonton film yang masuk kategori R-rated ini.”

Banyak umat Tuhan melihat bahwa melalui film ‘The Passion of The Christ’ akan terbuka kesempatan menjangkau orang-orang yang selama ini belum pernah mendengar nama Yesus. Pastor Dan Marler dari Oak Lawn First
Church of God berkata,”Film ini menimbulkan gelombang tsunami yang akan memacu orang-orang tertarik kepada pribadi Yesus.”

Outreach, sebuah perusahaan Kristen, menangani pemasaran film ini. Tidak cuma sekedar sebuah film, melainkan juga sarana penginjilan. Perusahaan ini menggunakan semua jenis alat promosi seperti gantungan pintu sampai poster.

Bahkan NASCAR ( organisasi lomba balap mobil Amerika Serikat, Penyunting ) ikut-ikutan hanyut dalam kehebohan ‘The Passion of The Christ’. Dalam lomba Daytona 500, kap mesin mobil Bobby Labonte nomer 18 ditempeli iklan film ini.

 Harmony Moses, jemaat gereja Baptis Prestonwood berkata,”Saya sudah mendapatkan beberapa nama yang akan saya doakan dengan sungguh-sungguh supaya mereka mau pergi nonton bersama kami. Siapa tahu akan terjadi perubahan mendasar dalam hidup mereka?”

Pastor Ted Haggard, presiden Asosiasi Penginjilan Nasional sekaligus gembala New Life Church yang gerejanya dipakai untuk memutar film ‘The Passion of The Christ’ didepan 800 pendeta Kristen, berkata,”Kami sama sekali tidak meragukan. Kami telah menyaksikan film yang begitu akurat menggambarkan apa yang tertulis di dalam alkitab. Selama 18 tahun saya menggembalakan New Life Church, sudah ada ratusan bahkan ribuan orang yang berdiri di mimbar sebagai pembicara. Tapi saya belum pernah melihat rasa takut dan hormat akan Tuhan, kerendahan hati dan perasaan berdosa yang begitu mendalam ada di atas mimbar seperti yang saya lihat ketika Mel Gibson berdiri di sana sebagai pembicara.”

100 pemimpin Kristen lain sempat berkumpul di Burbank,
California untuk menyaksikan tayangan khusus ‘The Passion of The Christ’. Dr. Paul Cedar, pejabat Mission America Coalition ( MAC- peng-organisir pertemuan ini ) sangat percaya bahwa film ini memberi kesempatan yang begitu besar kepada umat Kristen Amerika untuk memperkenalkan Yesus kepada masyarakat.”Puluhan ribu orang akan datang untuk percaya kepada Yesus melalui film ‘The Passion’ ini.”

Major Charles F. Gillies, Jr., sekretaris penginjilan, doa dan rohani dari Bala Keselamatan wilayah barat Amerika berkata,”Film ini terlalu kejam tetapi realistis – bila hal ini tetap tidak menyentuh hati seseorang, saya tidak tahu hal apa lagi yang bisa bikin seseorang bertobat.”

Rev. Wayne Pederson, presiden MAC berkata bahwa film ‘The Passion’ bisa jadi merupakan sarana penginjilan yang paling kuat yang ada dipasaran karena “hari yang paling penting dalam sejarah adalah hari dimana Yesus mati diatas kayu salib untuk menanggung dosa seisi dunia. ‘Sengsara Yesus’ secara efektif dan kuat mengungkapkan harga mahal yang harus dibayar oleh Anak Manusia atas ketidak taatan kita.”

Lebih dari 5.000 pendeta dan pemimpin Kristen yang mewakili lebih dari 80 denominasi dari 43 negara sempat bertatap muka dengan Mel Gibson serta menyaksikan ‘The Passion of The Christ’dalam konferensi Global Pastors Network (GPN) yang diselenggarakan pada 21 – 23 Januari 2004 di Calvary Assembly, Orlando. GPN merupakan gabungan pelayanan Kristen yang bekerja sama untuk melatih, memperlengkapi, dan membantu hamba-hamba Tuhan di seluruh dunia. Pertemuan selama 3 hari tersebut berpusat pada topik pembahasan “Tujuh langkah menuju pelayanan yang maksimal” yang dimaksud agar bisa menolong para gembala bekerja lebih efektif. Pembicara dalam konferensi ini antara lain D. James Kennedy, pendiri Evangelism Explosion; Reinhard Bonnke, pendiri Christ for All Nations (Kristus Bagi Segala Bangsa); Kay Arthur, pendiri Precept Ministries; Jack Graham, presiden Southern Baptist Convention; Bishop Eddie Long, pastor New Birth Cathedral; Tommy Barnett, penulis dan pastor; Ted Haggard, presiden National Association of Evangelicals; Chuck Norris, actor sekaligus juru bicara Max.com; serta Bishop David Oyedepo of Nigeria.

Dr. Erwin Lutzer, pastor Moody Church di Chicago menambahkan,”Kita yang sering skeptis / tidak percaya ( dengan apa yang dihasilkan Hollywood ) benar-benar merasa disegarkan dan diberkati karena bisa menyaksikan film Mel Gibson ini.”

“Film ini tidak malu mengungkapkan kebenaran “, kata pastor Sunday Adelaje dari Kiev, Ukraina ( dulu bagian dari Uni Soviet ).”Saya sudah berkotbah selama 20 tahun dan tidak pernah melihat kisah tentang penderitaan dan penebusan yang diceriterakan dengan begitu meyakinkan seperti yang dilakukan oleh Mel Gibson. Film ini tidak hanya akan merubah hidup, tetapi juga akan merubah gereja, merubah bangsa dan merubah dunia!”

“Setiap orang Kristen harus menonton film ini’, kata Rick Joyner” The Passion of The Christ memiliki kuasa untuk membawa perubahan dalam kekristenan.
Ada urapan dan kuasa dalam film ini.

 

Saya sudah menyaksikannya berkali-kali, saya tahu bahwa film ini mempunyai kuasa untuk mulai merubah kekristenan. Memang kedengarannya terlalu dilebih-lebihkan, tetapi saya percaya bahwa hal ini akan menjadi kenyataan. Mudah-mudahan pemutaran film ini di Gereja dapat bermanfaat dan bernilai positif, sehingga Partangiangan Passion memiliki hikmah bagi semua.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar