JUBILEUM 150 TAHUN HKBP

JUBILEUM 150 TAHUN HKBP

29 Maret 2009

KHOTBAH MINGGU JUDIKA 29 MARET 2009


LULUHON MA AHU, ALE JAHOWA
(Berilah keadilan kepadaku, Ya Allah)
Psalmen 43 : 1 -5


Keadilan dan kejujuran adalah bagian tabiat Allah. Ada dalam Alkitab,”Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang”. (Yesaya 11:5). “Karena Ia akan dipakaikan dengan keadilan dan kebenaran”

Tetapi hidup pun tidak selalu adil. Ada dalam Alkitab,”Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua.” “Lagi aku melihat di seluruh dunia dan melihat bahwa orang yang tercepat tidak selalu memenangkan pertandingan, bahkan orang yang terkuat dalam pertempuran, dan bahwa orang bijaksana seringkali miskin dan malang, dan orang terampil tidak selalu terkenal” (Pengkhotbah 9:11).

Secara umum, konsep keadilan menurut pikiran banyak orang, adalah adanya keseimbangan, kesetaraan dan kesamaan. Berangkat dari konsep berpikir yang demikian, dalam bersikap dan berbuat kepada orang lain, sering sekali kita bertolak dari apa yang sudah diperbuat kepada kita. Sehingga sikap perbuatan kita sangat dipengaruhi situasi (Pasif, tidak proaktif). Dalam sikap yang demikian terjadi hukum pembalasan, dan anehnya masyarakat secara umum melegalisir sikap yang demikian sebagai keadilan. Hukum pembalasan, sebagai konsep keadilan umum di dalam kehidupan , nyata kita lihat dalam praktek hidup sehari-hari. Sering sekali manusia berpikir, bahwa satu perbuatan yang baik adalah adil bila dibalas dengan satu perbuatan baik juga. Anehnya, untuk satu perbuatan yang jahat, yang kita terima dari orang lain, rasanya tidak cukup pembalasannya satu kali saja. Bila demikian, kita yang sering menuntut keadilan, apakah sesungguhnya sudah adil di dalam kehidupan kita.

Pemazmur dalam Psalmen 43 : 1-5 ini mengungkapkan keluh kesahnya kepada Allah (mangalu-alu) atas kondisi yang dihadapinya pada saat itu serta memohon pembelaan dari Allah. Namun atas semuanya itu, pemazmur juga menguatkan jiwa-nya agar tidak usah tertekan, sebab pertolongan selalu datang dari Allah.

Demikian juga dengan hidup kita sehari-hari. Mungkin banyak diantara kita mengalami sepeti yang dialami oleh pemazmur : tertekan, tertindas, merasa disingkirkan, dibuang, dsb. Tetapi seperti halnya pemazmur pada ayat ini, kita juga harusnya senantiasa memohon dan berharap dari Tuhan, agar diberikan keadilan, agar diberikan pembelaan. 

Tetapi keadilan yang kita dapatkan dari Allah juga harus kita terapkan dalam hidup sehari-hari. Dengan demikian kita telah melakukan kehendak Bapa di Surga.

Melalui topik khotbah Minggu ini juga kita diingatkan kembali tentang keadilan Allah yang telah menyelamatkan kita. Dia yang telah dihianati oleh manusia, tetap mengasihi, tidak memperhitungkan dosa dan pelanggaran manusia itu dan tidak membalaskannya. Tuhan malah mengorbankan AnakNya yang tunggal Yesus Kristus Untuk menyelamatkan manusia yang berdosa tersebut. Yesus datang bukan untuk menghakimi, tetapi untuk menyelamatkan (baca Yoh.3:16-17). Dalam diri Yesus sangat nyata Firman yang berkata :”…sebab kasih itu menutupi banyak sekali dosa” (1 Pet.4:8).

Jotjot do diunjuni Debata bangso dohot jolma na hinaholonganna marhite na diloas Debata jolma i mangadopi ragam ni hamaolon. Ndang adong be ra mangatasi parungkilon na binolus ni jolma tudoshon si Job. Alai angka na marsihohot marhaporseaon jala marhaposan tu Jahowa, marhamonangan do di ujungna jala maruli pasu-pasu na marlompit-lompit. Siala ni i, ingkon ta dok tu dirinta : "Haposi ma Debata jala puji Ibana, ai Ibana do mual ni pasu-pasu di ahu. Naung dihophop Debata do ahu marhite mudar ni anakNa Jesus Kristus Sipalua ahu." 

Selamat Minggu Judika!





Tidak ada komentar:

Posting Komentar