KHOTBAH MINGGU LETARE 22 MARET 2009
Thema : Marlas Ni Roha Ma Hamu (Jesaya 66:10)
Ev : Jesaya 54 : 11 – 17 Ep : Johannes 15 : 9 – 17
Tuhan memberikan “kebahagiaan” sebagai hak dan milik semua orang, tidak ada yang terkecuali. Sekalipun kita di dalam kesesakan, keterbelakangan, dikucilkan, dikejar-kejar, tertekan, tertindas, budak orang lain, terbuang, dinafikan, dll…seperti halnya Bangsa Israel di pembuangan Babel dalam Jesaya 54 ini, tapi Tuhan selalu memberikan pertolongan, penghiburan dan harapan, agar mereka senantiasa bersukacita dan berbahagia. Agak janggal dan aneh memang terdengar, apabila “harus bersukacita di dalam keadaan ke-tidaksukacitaan”…”berbahagia sekalipun berduka”.
Tuhan ingin membangkitkan kembali semangat yang sudah layu, menggairahkan kembali semangat yang sudah lemah dan mengajarkan orang-orang yang dikasihinya agar senantiasa dapat bertahan di dalam segala hal sekalipun itu dalam keadaan yang sangat sulit.
Oleh karena itu, sebagai pengikut Kristus yang telah menerima pengajaranNya dan boleh merasakan kebahagiaan dan sukacita di dalam hidup kita yang telah kita terima dari Tuhan, wajib membagikan kebahagiaan dan sukacita yang kita miliki kepada sesama atau orang lain. Saling mengasihi, menghiburkan, menguatkan dan berbagi berkat dengan orang lain. Bagaimana caranya berbagi sukacita dan kebahagiaan ? Berikut sebuah ilustrasi :
Menyambut ulang tahunnya yang ke-6, Alicia diajak ayahnya shopping di sebuah toko mainan. Tampaknya ia tertarik pada sebuah boneka cantik terbalut baju beludru ungu di rak mainan di pojok ruangan. “Apakah Alicia boleh minta ini, Pak?” Sang ayah menganggukkan kepala tanda setuju.
Saat menuju kasir, Alicia melihat anak laki-laki seusianya sedang melihat-lihat mainan ditemani ayahnya. Rupanya tujuan mereka sama. Melihat penampilannya, tampak bahwa mereka berasal dari kalangan yang status sosial ekonominya di bawah keluarga Alicia. Dari kejauhan tampak si bocah laki-laki itu melonjak kegirangan melihat mainan robot yang terpajang di rak. Mereka lalu terlihat dalam percakapan yang serius. Namun setelah si ayah membuka-buka dompet, ia menggeleng-gelengkan kepala.
Alicia menyaksikan dengan saksama seluruh adegan tadi. Setelah berpikir sejenak, ia mengembalikan bonekanya ke tempat semula lalu mengambil robot mainan yang tadi dipilih si bocah. Setelah itu ia menuju ke kasir. Sambil membayar ia membisikkan sesuatu kepada sang kasir, yang kemudian segera membungkus mainan tersebut dan menyimpannya di bawah meja. Alicia dan ayahnya berdiri di dekat pintu, menunggu si bocah laki-laki tadi melewati jalur keluar.
“Selamat! Kamu terpilih menerima hadiah ini!” ujar kasir kepada si bocah lelaki itu seraya memberinya bungkusan mainan.
“Wah, inilah barang yang selama ini kuidam-idamkan,” seru si bocah dengan amat gembira setelah membuka isi bungkusan tersebut.
“Sayang, alangkah mulia hatimu,” ujar ayah Alicia.
“Pak, bukankah Ibu menyuruh saya membeli sesuatu yang membuatku bahagia?”
“Tentu saja, sayang.”
“Nah, aku baru saja melakukannya,” jawab Alicia.
Demikianlah hidup kita sehari-hari. Selanjutnya bagaimana agar hidup kita senantiasa di dalam sukacita ? Yang terutama adalah “Kita harus tahu dan senantiasa bersyukur”. Kita diajar untuk menunjukkan rasa syukur kita untuk segala kebaikan yang kita terima. Tetapi…dapatkah kita bersyukur bila sesuatu berjalan tidak menurut keinginan kita ? Lebih lagi…haruskah kita ?
Seorang penulis, Matthew Henry suatu ketika pernah dirampok. Tetapi justru ia bersyukur atas kejadian itu. Mari kita dengar tanggapannya atas kejadian itu,
Ia berkata, “Saya berterima kasih bahwa saya belum pernah dirampok sebelum ini; dan walaupun ia mengambil dompet saya, ia tidak membunuh saya; walaupun ia mengambil semuanya, itu tidak terlalu banyak; dan akhirnya untung saya yang dirampok bukan saya yang merampok.” Ia boleh jadi berkata juga, “Terima kasih untuk kesusahan ini!”
Akhirnya, kita tak akan merasa susah bila kita selalu sibuk bersyukur. Kita akan senantiasa bersukacita dan merasakan kebahagian. Kita tidak akan berusaha lagi mencari-cari hal-hal yang bisa membuat kita bahagia, karena kebahagiaan itu senantiasa akan menempel dan mengikuti kita.
Suatu ketika ada seekor kucing kecil yang mengejar-ngejar ekornya. Ia mengejar dan terus mengejar. Seekor kucing yang lebih tua dan bijak lewat dan melihat kucing kecil itu. Kucing itu mengawasi kucing kecil itu agak lama. Kemudian ia bertanya pada kucing kecil itu, “Kucing kecil, mengapa kamu mengejar ekormu?” Kucing kecil itu menjawab, “Karena saya akan menemukan kebahagiaan di ekor saya.” Kucing yang lebih tua itu itu memandang sejenak lalu berkata, “Saya, juga, dulu saya suka mengejar ekor saya karena saya berpikir akan menemukan kebahagiaan di
Oleh karena itu marilah kita senantiasa bersukacita dan berbahagia di dalam Tuhan. Tuhan berjanji untuk menyertai kita kemanapun kita pergi, menemani kita dalam segala hal, memberikan penghiburan kala kita berduka, membangkitkan dan menguatkan hati dan semangat kita takkala kita didera rasa putus asa. Tetapi kita juga diminta untuk senantiasa bersyukur atas segala hal, terutama nenunjukkan rasa syukur kita atas segala kebaikan Tuhan di dalam hidup kita : DENGAN BERBUAT. Mengasihi orang lain, memberikan pertolongan, menghibur, menguatkan, berusaha agar orang lain juga dapat bersukacita seperti halnya cerita Alicia diatas.
Sebagai bocah tentu ia belum pernah baca buku The Bliss of the Way. Di dalamnya Anton Chekov menulis, “Manusia diciptakan untuk bahagia. Siapa pun yang mendapatkan kebahagiaan berhak mengatakan pada dirinya sendiri, “Aku telah melakukan kehendak Tuhan di dunia ini.”.
SELAMAT MINGGU LETARE : “MARLAS NI ROHA MA HAMU”. Marlas ni roha ma hita saluhutna tahe alani Kristus Tuhanta i mangolu dibagasan haporseaonta. Ditobus do dosanta marhite panaononna di hayu na pinarsilang dohot hamamatena. Ndang be hita digoari anak somang alai ale-ale ni Kristus do hita luhutna. Jolma na tarpillit do hita jala naung dipadiri Kristus…asa laho ma hita marparbue. Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar