JUBILEUM 150 TAHUN HKBP

JUBILEUM 150 TAHUN HKBP

10 Oktober 2008

BONUM FACTUM DEUM HABET DEBITOREM


Amsal 19:17
Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.

Poda 19:17
Na pasali Jahowa do manang ise na mardenggan basa tu na pogos, jala Ibana mamaloshon denggan basana i tu ibana.

MEMBUAT TUHAN BERHUTANG ?

Seorang tokoh yang sangat berperan penting dalam sejarah gereja pada abad ke-2 dan awal abad ke-3, Quintus Septimius Florens Tertullianus (sering disebut Tertullianus) memiliki sebuah kalimat/ucapan yang sangat terkenal : "Bonum factum Deum habet debitorem" yang berarti: "sikap suka memberi berarti : Tuhan berhutang kepadamu."
Kalimat ini sejalan dengan ucapan : "Ubi caritas et amor Deus ibi est" (dimana ada kebajikan dan kasih, di situ ada Allah).
Sebagai orang yang hidup dengan kasih Tuhan, orang Kristen juga harus memiliki sikap belas kasih, suka memberi ataupun perhatian terhadap sesama terlebih terhadap yang lemah.
Yesus sendiri mengatakan : "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku."(Mat. 25:40). Juga ucapan-Nya ketika mengajar dan menyembuhkan banyak orang : " Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."(Luk. 6:36)
Yesus mengajar kita agar memiliki kepekaan terhadap orang lain, terlebih terhadap yang kurang mampu. Dan itu adalah karunia yang diberikan Tuhan dalam hidup kita, apabila kita hidup dalam kasih Tuhan.
Segala yang kita miliki, tentunya berasal dari Allah. Tapi Allah juga menginginkan kita berbagi berkat yang kita terima dengan orang lain dengan sepenuh hati, tidak setengah-setengah.
Dengan demikianlah kita telah "memiutangi Tuhan", sebab Dia akan membalas segala perbuatan baik kita.
Bagaimanakah sikap kita yang telah dipilih Tuhan untuk mewartakan Khabar Baik, Khabar keselamatan dari-Nya?
Ada suatu selentingan cerita yang bersifat ironis : Suatu ketika seorang pelayan Tuhan (anggo di HKBP didokhon istilahna : Parhalado, sintua ma naung jonokna), berkhotbah di Kebaktian Minggu. Thema khotbah tersebut adalah kasih dan saling menolong terhadap sesama. Dengan ber api-api amang sintua itu berkata : "Kalau di tampar pipi kanan-mu, berikan pipi kiri-mu. Kalau engkau memiliki baju 2 buah, berikan 1 kepada yang tidak berpunya." Kebetulan, turut dalam Kebaktian Minggu tersebut anak-nya yang paling kecil yang masih berumur 12 tahun.
Pada suatu ketika, saat sintua itu pergi untuk suatu urusan bersama dengan istri-nya, datanglah seorang pengemis kerumah-nya dan yang ada di rumah tersebut hanyalah anaknya yang paling kecil itu. Dengan pakaian yang lusuh dan wajah gemetaran, pengemis itu berkata kepada anak tersebut untuk dikasihani. Anak sintua itu-pun teringat akan khotbah yang disampaikan ayah-nya. Lalu pengemis itu disuruhnya masuk dan diberi makan, kemudian diberikanlah sebuah baju dan celana yang masih bagus kepunyaan ayah-nya (karena cocok dengan pengemis itu), dan seekor ayam kepunyaan mereka agar dapat dijual pengemis tersebut dan menghasilkan uang.
Ketika sintua itu pulang ke rumah pada sore hari, dan hendak memakai baju dan celana kesayangan-nya sehabis mandi, dia tidak dapat menemukan kedua-nya. Juga ketika hendak memasukkan ayam-ayam peliharaan mereka ke kandang, dia tidak menemukan ayam jago yang paling disenangi-nya. Sintua itu pun betanya kepada anaknya yang paling kecil tersebut, dan anak itu menceritakan apa yang terjadi. Amang sintua kita ini pun gusar dan wajah-nya memerah. Anaknya berkata bahwa dia melakukan demikian karena teringat dengan khotbah dan pengajaran yang disampaikan ayah-nya pada saat Kebaktian Minggu. Sebab pakaian ayahnya banyak dan demikian juga dengan ayam-ayam peliharaan mereka.
Lalu, dengan marahnya sintua itu berkata : "Benar...itu memang yang kukatakan dalam khotbah minggu kemarin, tapi itu bukan untuk kita...khotbah itu untuk mereka...khan mereka yang mendengarnya...Dasar anak dungu...sok tahu...!! (?????????)

Oleh karenanya, marilah kita senantiasa hidup dalam kasih, dan memiliki sikap perduli terhadap orang lain terutama yang lemah. Karena dengan demikian, kita menumpuk harta di Surga, kita membuat Tuhan berhutang kepada kita dan marilah kita dengan penuh pengharapan menantikan balasan Tuhan yang begitu indah dalam hidup kita. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar