Alamanak HKBP hari ini :
1 Korint 14 : 2
Ai na marhata na leban ndada dongan jolma dipanghulingi, Debata do; ai ndang dapot antusan i, hahomion do dihatahon di bagasan tondiNa i.
Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.
BAHASA ROH
"Bahasa Roh" sama artinya dengan "Bahasa Lidah" yang di dalam Alkitab Perjanjian Baru digunakan kata "Glossolalia" ("Glossa" = lidah, tongue; "laleo" = berbicara, speak). Dalam tulisan ini akandigunakan istilah "Bahasa roh" saja, seperti yang juga digunakan oleh LAI (Lembaga AlkitabIndonesia).
Pada masa sekarang ini gejala "berbahasa roh" tidak bisa tidak dikaitkan dengan gerakan Kharismatik yang ada di dalam gereja maupun di luar gereja. Sebenarnya setiap orang Kristen haruslah orang yang kharismatik (artinya : berkarunia), tetapi dalam tulisan ini yang saya maksudkan "karismatik" bukan itu, melainkan menunjuk kepada orang-orang Kristen yang berpandangan ekstrem dalam pementingan karunia-karunia Roh.
A. BAPTISAN ROH = "THE SECOND BLESSING" ?
"Bahasa roh" menjadi populer dan sangat penting bagi orang Kharismatik karena "bahasa roh" dianggap sebagai tanda seorang Kristen menerima "Baptisan Roh". Ajaran ini didasarkan pada beberapa ayat dalam Alkitab, terutama 2 ayat berikut :
"Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan
dibaptis dengan Roh Kudus" – Kis 1:5
"Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani,
baik budak maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita
semua diberi minum dari satu Roh" – 1 Kor 12:13
Dibaptis dengan Roh Kudus" yang disebutkan Tuhan Yesus itu dipahami sebagai "Baptisan Roh".
Seorang yang dibaptis dengan Roh Kudus akan menyebabkan Roh Kudus memenuh orang itu, sehingga dia akan memiliki karunia-karunia Roh, terutama karunia berbahasa roh sebagai tanda awal dari kepenuhan Roh.
Jadi bagi gerakan kharismatik, "Kepenuhan Roh" itu identik dengan "Baptisan Roh", karena seorang yang sudah dibaptis dengan Roh (yang ditandai dengan berbahasa roh) akan membuatnya hidup dalam kesucian, ketaatan, tidak mudah kuatir melainkan imannya semakin bertumbuh dan memiliki pola hidup berkemenangan. Pendek kata dia telah dipenuhi Roh Kudus dan telah menerima "second blessing".
Seseorang bisa bertobat dan percaya kepada Kristus, namun belum mengalami "second blessing" ini bila ia belum menerima baptisan Roh. Contoh yang sering digunakan, misalnya murid-murid Tuhan Yesus yang dianggap telah percaya dan menjadi muridNya namun baru menerima Roh Kudus pada saat Pentakosta. Setelah Roh Kudus memenuhi mereka (baca : "baptisan Roh") maka mereka berani bersaksi dan pelayanan mereka luar biasa.
Demikian juga dalam Kis 19:1-7 dikisahkan adanya beberapa orang percaya yang telah dibaptis oleh Yohanes Pembaptis namun belum menerima Roh Kudus. Kemudian Paulus bertanya : "Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya? Akan tetapi mereka menjawab dia : "Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus" (ayat 2). Ketika Paulus kemudian membaptis dan menumpangkan tangan ke atas mereka, maka turunlah Roh Kudus, sehingga mereka berkata-kata dalam bahasa roh (ayat 6).
Benarkah ajaran "the second blessing" ini ? Alkitabiahkah ? Jelas di dalam Alkitab diajarkan bahwa hanya ada satu baptisan saja dan bukan dua : "satu Tuhan, satu iman, satu baptisan," (Ef 4:5). Ketika Paulus menuliskan : "...dalam satu Roh... telah dibaptis menjadi satu tubuh..." (1 Kor 12:13), kata "telah dibaptis" dalam bahasa Yunaninya menggunakan bentuk kata kerja lampau, aorist tense, yang artinya an unrepeated operation, a completed past action, once and for all. Yaitu suatu kejadian pada masa lampau, sekali dan tidak terulang lagi. Hal ini memberikan indikasi bahwa orang Kristen ketika menjadi percaya (pada saat yang bersamaan) telah dibaptis oleh Roh. Perkataan ini justru Paulus tujukan kepada orang Korintus yang pada saat itu hidup dalam daging serta perselisihan, maka ia mengatakan bahwa : "dalam satu Roh kita semua... telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh" jadi janganlah bertengkar satu sama lain.
Baptisan Roh bagi kita pada masa kini ialah penempatan orang-orang percaya ke dalam persekutuan tubuh Kristus oleh Roh Kudus pada saat pertobatan. Jadi Baptisan Roh berhubungan dengan status dan posisi kita di hadapan Tuhan ketika kita menjadi percaya, bukan berhubungan dengan keadaan kita dalam kehidupan sehari-hari atau pengalaman kita.
Memang murid-murid Yesus telah mengikut gurunya selama 3 tahun lebih, tetapi mereka baru
menerima Roh Kudus pada hari Pentakosta. Namun hal ini tidak bisa dijadikan dasar pengajaran "the second blessing" tetapi karena penentuan waktu dalam urutan sejarah karya keselamatan Allah, seperti yang juga dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Pengalaman murid Yohanes Pembaptis yang menerima Roh Kudus serta berbahasa roh setelah dibaptis lagi oleh Paulus (Kis 19:1-7) juga tidak bisa dijadikan bukti. Sebab melalui pertanyaan Paulus :
"sudahkah kamu menerima Roh Kudus ketika kamu menjadi percaya ?" (ayat 2) dan kemudian Paulus menegaskan bahwa "mereka harus percaya kepada Dia, ... yaitu Yesus" (ayat 4), ini menyiratkan bahwa mereka belum sungguh-sungguh percaya kepada Yesus, sekalipun mereka telah dibaptis oleh Yohanes.
Pembaptis sebagai tanda pertobatan.
Seorang bisa mengaku percaya kepada Yesus itupun adalah pekerjaan Roh Kudus dalam diri orang itu (1 Kor 12:3; Ef 1:13). Jadi jelas kita tidak dapat memisahkan antara menerima Kristus dengan menerima Roh Kudus, karena keduanya itu satu. Pengalaman murid Yohanes yang bisa berbahasa roh ketika ditumpangi tangan oleh Paulus pada saat mereka percaya Kristus itu adalah suatu kasus cara pertobatan mereka yang dicatat oleh Alkitab, seperti halnya dengan kasus pertobatan Paulus (jatuh dari kuda dan menjadi buta, Kis 9), namun keliru jikalau menjadikan kasus yang subyektif ini sebagai ajaran yang musti dilakukan bagi orang Kristen untuk menerima Roh Kudus.
B. BAHASA ROH
Seperti apakah "bahasa Roh" itu ? Beberapa orang yang berbicara dalam bahasa Roh mengeluarkan suatu bunyi yang variatif. Ada yang : "simalamala.. mala.. mala... sande...sande... sandal..." Ada yang cepat sekali sehingga hanya terdengar : "trata..tata..ta..., lele..le.le..le, la.. lala..la..la..la....la...". Tapi ada juga yang temponya lambat sehingga bisa dengan mudah disimak namun tanpa arti apapun : "prou pray proddey...pa palasate pa pau pu pe, teli teratata taw, terea, te..te..te..te.., vole virte elle letelede luto, singe...imba...imba...imba".
Orang-orang Kharismatik meyakini bahwa pada saat mereka berbahasa roh seperti ini berarti roh mereka sedang berkomunikasi (berdoa) kepada Allah. Hal itu didasarkan pada ayat : "Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa" – 1 Kor 14:14
Banyak orang Kharismatik yang menyatakan bahwa bahasa roh adalah karunia pujian. Dengan
menggunakan bahasa tak dikenal yang diberikan Allah kepadanya itu membuat mereka berlimpah dalam kasih, rasa kagum dan hormat yang tidak pernah bisa dicapai dalam doa biasa yang terencana. Benarkah demikian ? Sebelum menjawab pertanyaan itu marilah kita telaah apa yang dijelaskan Alkitab
tentang "bahasa roh".
B.1. Bahasa Roh = bahasa yang dikenal manusia.
Walaupun dalam beberapa kasus terjadi penggunaan bahasa roh (misalnya Kis 10:46; 19:6; Markus 16:17) namun perikop yang seringkali dipakai untuk mendukung adanya "bahasa roh" adalah Kisah Para Rasul 2 dan 1 Kor 12-14. Apabila kita teliti ke 2 sumber itu maka sebenarnya ada perbedaan yang hakiki.
Kisah Para Rasul 2 1 Korintus 12-14
- Merupakan fenomena - Merupakan masalah
- Berkaitan dengan PI Kerajaan Allah (2:6) - Berkaitan dengan ibadah (14:2,9)
- Semua berbahasa Roh (2:4) - Tidak semua (12:30; 14:30)
- Bahasa dapat dimengerti (2:6) - Bahasa tidak dapat dimengerti (14:2)
- Tidak perlu penterjemah (2:6) - Perlu diterjemahkan (14:23, 28)
- Orang sangat terharu (2:37) - Orang berfikir yang berbahasa Roh itu gila (14:23)
Atas dasar perbedaan ini ada 3 pendapat tentang apa itu "bahasa roh" :
1. Bahasa roh adalah bahasa yang tidak dapat dimengerti manusia (unintelligible).
2. Bahasa roh adalah bahasa yang ada di dunia ini dan bisa dimengerti manusia (intelligible).
3. Bahasa roh dalam Kisah Para Rasul 2 adalah bahasa manusia, sedangkan yang ada di 1 Korintus 12-14 adalah bukan bahasa manusia.
Coba kita analisa tiga pendapat di atas :
Jikalau "bahasa roh" dikatakan sebagai bahasa yang tidak dapat dimengerti manusia, tepatkah itu disebut sebagai "bahasa" ? (bunyi yang mengandung makna untuk alat komunikasi manusia dan bisa diterjemahkan), ataukah hanya ricauan /"ngoceh" saja ? Di dalam Perjanjian Baru kata "glossa" yang digunakan untuk "bahasa roh" (baik di Kis 2 ataupun 1 Kor 12-14) tidak pernah menunjuk kepada sesuatu yang misterius atau yang tidak dikenal manusia. Demikian juga kata itu dalam Perjanjian Lama berbahasa Yunani (Septuaginta) selalu dipakai dalam pengertian bahasa manusia yang normal. Bila diadakan pemisahan bahwa di Kisah 2 "glossa" yang digunakan berarti bahasa manusia, sedangkan di 1 Kor 12-14 bukan bahasa manusia, apakah dasarnya cukup kuat ? Bukankah kata yang digunakan sama ? Mungkinkah Paulus (yang menuliskan surat 1 Kor) dan Lukas (yang menuliskan Kisah Para Rasul) yang adalah rekan sepelayanan, tapi saling bertentangan dalam penggunaan istilah dan tidak saling menjelaskan walaupun mereka sezaman ?
B.2. Penafsiran Singkat surat 1 Korintus 14
Jemaat di Korintus saat itu bila kebaktian tanpa membawa Alkitab seperti kita sekarang ini. Kenapa ? Karena pada waktu itu Perjanjian Baru masih sedang ditulis dan gulungan perkamen Perjanjian Lama sangat mahal serta tidak mudah di dapat oleh jemaat biasa. Maka pada masa itu Allah masih berkatakata kepada umatNya melalui nabi dan para rasul, dan pesan Allah itu terkadang disampaikan dalam karunia bahasa roh.
Ketiga karunia, yaitu : berkata-kata dengan pengetahuan, karunia bernubuat dan karunia berbahasa roh bekerja bersama untuk menyampaikan kebenaran Allah kepada umatNya (1 Kor 13:1-2,8-11). Karunia berbahasa roh adalah karunia untuk menyampaikan suatu kebenaran dari Allah dengan menggunakan bahasa lain yang terkadang banyak di antara jemaat itu tidak mengertinya karena bukan bahasa sehari-hari yang mereka gunakan.
Sejak masa pembuangan ke Babel (+ 597 BC) banyak orang Yahudi telah menyebar di luar tanah
Palestina. Ada yang ke Ethiopia, Mesir, Media, Elam, Pontus, Frigia, Kapadokia, Roma, dsb. Karena sudah lama mereka meninggalkan negerinya maka kebanyakan mereka sudah familiar dengan bahasa negeri itu bahkan ada yang sudah melupakan bahasa tanah airnya sendiri di Galilea. Tetapi pada masamasa tertentu mereka datang berziarah ke Yerusalem, misalnya pada hari Pentakosta (Kis 2). Pada saat itu mereka terkejut ketika para rasul bisa berkata-kata dengan bahasa asal mereka. Tetapi sekarang terbalik, setelah mereka menjadi Kristen oleh pemberitaan para rasul, maka "bahasa roh" yang terjadi dalam ibadah-ibadah itu justru membuat mereka tidak mengerti, sehingga perlu diterjemahkan (14:5,13).
Kenapa Allah memberikan karunia berbahasa asing seperti itu ? Alangkah indahnya kalau peristiwa Pentakosta, dimana para rasul bisa berbicara dalam bahasa-bahasa asing lain itu terjadi terus sepanjang sejarah. Sebenarnya peristiwa Pentakosta itu menandai bahwa Injil Kerajaan Allah itu bersifat universal. Segala bangsa dan suku bangsa boleh datang kepada Injil Kristus, dan peristiwa inilah yang menjadi penggenapan nubuat nabi Yoel (Kis 2:17). Namun setelah Injil dikabarkan kepada bangsa di luar Yahudi (Samaria – Kis 8, Romawi – Kis 10) maka
sebenarnya karunia bahasa roh sudah tidak menjadi tanda keuniversalan Injil lagi (bandingkan Markus 16:17), tetapi justru melalui bahasa roh itu Allah memberikan tanda yang lain, yaitu sebagai tanda hukuman Allah kepada bangsa Yahudi yang menolak Kristus. Di dalam 1 Kor 14:21 mengenai bahasa roh Paulus mengutip ayat dari Yes 28:11-12 : "Dalam hukum Taurat ada tertulis : ‘Oleh orang-orang yang mempunyai bahasa lain dan oleh mulut orang-orang asing Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian mereka tidak akan mendengarkan Aku, firman Tuhan" – 1 Kor 14:21
Dalam konteksnya nabi Yesaya berbicara tentang kemerosotan etis-religius Israel. Mereka tidak lagi mau mendengar suara Yesaya, tapi justru kepada nabi-nabi palsu yang bermabuk-mabukan (Yes 28:7-8). Malah mereka mengejek dan mencemooh nabi Yesaya (Yes 28:9-10) padahal Yesaya berkata-kata tentang firman Allah dengan bahasa yang bisa dimengerti tetapi mereka tidak percaya. Maka pada saatnya hukuman Tuhan akan datang melalui bangsa Asyur yang menggunakan bahasa asing. Asyur akan membuat Israel menyerah serta memaksa untuk mentaati apa yang diperintahkannya, padahal menggunakan bahasa yang mereka tidak mengerti. Tetapi tokh mereka akan membangkang dan mau melarikan diri sehingga hukuman tambah berat lagi (Yes 28:12b-13).
Dalam hal ini Paulus ingin menyampaikan pesan bahwa berbicara dalam bahasa asing bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan, karena itu merupakan suatu bentuk penghukuman akibat dosa bangsa Yahudi yang menolak Kristus. Sebenarnya Allah lebih suka berkata-kata kepada umatNya melalui bahasa mereka, tetapi sekarang dengan bahasa roh hal itu tentu menjadi kesulitan. Bagaikan Allah telah mengeraskan dan menegarkan hati bangsa Israel yang telah mengkhianati perjanjian kudusNya. Maka Paulus berkata : "Bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman (jemaat Kristen) tetapi untuk orang yang tidak beriman (umat Allah yang tegar tengkuk)" – 1 Kor 14:22. Dalam Kisah 2 : bahasa Roh adalah tanda bagi yang tidak beriman akan keuniversalan Injil, namun dalam 1 Korintus 14 : bahasa Roh menjadi tanda juga bagi yang tidak beriman akan hukuman Allah. Sayangnya, kemudian ada jemaat di Korintus yang menyalah-gunakan karunia berbahasa Roh untuk kepentingannya sendiri. Pikir mereka : bisa berkata-kata dengan bahasa asing yang tidak dimengerti jemaat lain itu akan membuat mereka merasa berharga dan punya nilai lebih. Maka Paulus menegur dalam bentuk sindiran : "Siapa yang berkata-kata dengan bahasa Roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya" – (14:2). Artinya :
"Siapa yang berkata-kata dengan bahasa asing, kalau itu tidak dimengerti oleh yang lainnya, apakah itu mau ditujukan kepada Allah ?" demikian maksudnya. Maka kata "Allah/Theo" dalam ayat ini tidak menggunakan kata sandang. Menurut Paulus karunia bernubuat lebih bernilai daripada karunia bahasa roh, sebab karunia itu memberi semangat dan penghiburan kepada pendengarnya, sehingga imannya dibangun. Sedangkan bahasa roh, bila itu digunakan untuk pamer saja, maka karunia itu tidak berguna lagi sebab hanya membangun dirinya sendiri (sindiran : "sombong"). Bila karunia itu tidak dipakai untuk membangun jemaat, layakkah disebut "KARUNIA" ? Samasekali tidak ! Karena justru ciri "karunia Roh" adalah untuk kepentingan dan membangun bersama (1 Kor 12:7; 14:12,26). Besar kemungkinan saat itu sudah mulai ada orang yang suka meniru-niru karunia bahasa roh untuk kepentingannya sendiri (cari hormat). Orang yang seperti ini paling banyak menimbulkan persoalan.
Maka Paulus memberikan nasehat dan "juklak" untuk ketertiban ibadah :
1. Bila berbahasa roh, haruslah melibatkan akal budi dan bukan sekedar "rohnya saja" (14:14-15), karena Allah tidak pernah memberikan karuniaNya kepada orang yang hilang kesadaran dirinya.
2. Harus ada yang menafsirkan/menterjemahkan, bila tidak lebih baik diam (14:28)
3. Harus dengan teratur "seorang demi seorang" (14:27), tertib dan sopan (14:33,40). Orang-orang yang "demam karunia bahasa roh" lalu berkata-kata di bawah pengaruh emosinya sendiri
dengan membayangkan bahwa Allah sedang berkata-kata kepada dia dan melalui dia, itu sama sekali bukan karunia bahasa roh dari Allah, melainkan "bahasa roh imitasi". Pada bagian selanjutnya Paulus menegur dengan keras orang-orang yang memalsukan karunia Allah untuk kepentingannya sendiri dan punya motivasi "mengail di air keruh" :
"Tetapi apa yang kulakukan, akan tetap kulakukan untuk mencegah mereka yang mencari kesempatan guna menyatakan, bahwa mereka sama dengan kami dalam hal yang dapat dimegahkan. Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasulrasul Kristus. Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang" - 2 Kor 11:12-14
Atas dasar penjelasan di atas, bagaimana kita dapat menafsirkan 1 Kor 14:14 :"Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa"?
Pada masa itu beredar suatu pandangan yang merupakan pengaruh dari ajaran sesat Dosetisme- Gnostisisme yang beranggapan bahwa manusia terdiri dari 2 natur, yaitu : materi yang kelihatan (tubuh) dan roh yang tidak kelihatan. Roh manusia itu "terpenjara" di dalam tubuhnya. Pengertian "roh manusia" saat itu juga mencakup "kepribadian dan jiwa seseorang".
Tetapi Allah memakai pandangan yang beredar saat itu untuk mengkomunikasikan firmanNya. Maka yang dimaksudkan Paulus dengan "rohku" (to pneuma mou) adalah "pribadiku yang di dalam". Kata ini juga dipakai oleh Paulus dalam 1 Kor 2:11. Jadi yang dimaksudkan dalam ayat ini oleh Paulus adalah janganlah berdoa tanpa menggunakan pikiran (14:15), sehingga bicara nyerocos saja dengan bahasa asing tanpa penghayatan yang mendalam.
Paulus tidak menentang pelayanan karunia bahasa roh, tetapi ia berusaha menempatkannya pada perspektif yang tepat. Pokok persoalannya bukanlah jumlah kata-kata, tetapi mutu komunikasi itu, yaitu : membangun jemaat (14:1-5,26b), melibatkan akal budi (14:6-25) dan teratur (14:26-40).
B.3. Bahasa Roh Akan Berhenti
Menurut 1 Kor 13:8 : "...,nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap" . Kapan bahasa roh berhenti ? Kebanyakan orang kharismatik beranggapan bahwa karunia bahasa roh adalah karunia bahasa pujian sorgawi, yang tidak akan berhenti sampai Yesus datang kembali kelak. Benarkah itu ? Bila bahasa roh adalah bahasa pujian surgawi, bukankah pada saat Yesus datang kembali kelak justru baru akan dimulai ?
Melalui eksposisi 1 Kor 14 tadi maka dapatlah disimpulkan : apabila pekerjaan para rasul dan nabi yang telah meletakkan dasar itu berakhir, nampaknya karunia berkata-kata dengan pengetahuan, karunia bernubuat dan karunia bahasa roh tidak diperlukan lagi. Tentu Allah dapat memberikan karunia itu pada masa kini jika Ia menghendakinya. Tetapi pada masa Injil Kerajaan Allah sudah terbuka untuk segala bangsa (bandingkan Mat 24:14 dalam hubungannya dengan Kis 11:18), maka diperlukan suatu alasan teologis yang sangat mendasar bila berani menyimpulkan bahasa roh masih terjadi sekarang ini.
C. KESIMPULAN DAN PEGANGAN SIKAP
C.1. Penilaian gejala bahasa roh sekarang ini
Atas penjelasan di atas, apakah sebenarnya yang terjadi dengan gejala berbahasa roh pada masa
sekarang ini ? Bila kita menyetujui bahwa bahasa roh yang disaksikan Alkitab adalah mujizat berbahasa asing yang dapat dikenal manusia, maka "bahasa roh" yang berupa "ricauan/ngoceh" tanpa arti yang terjadi sekarang ini besar kemungkinan adalah :
1. Ekspresi dari kondisi kejiwaan yang terganggu
Persoalan hidup manusia telah sedemikian rupa peliknya, yang semakin hari sering menghimpit kita, sehingga peluapan/pelepasan emosi (katharsis) terkadang memang diperlukan. Bagi orang-orang yang bertemperamen emosional (misalnya Sanguine) dengan bahasa roh yang palsu itu mungkin terasa ada kelegaan dan kepuasan sesaat karena penyaluran emosi mereka terpenuhi. Hal ini menjadi parah ketika perilaku tidak teologis ini mendapat legitimasi firman Tuhan dari para elit rohani yang memiliki dasar pengertian hermeneutika Alkitab yang goyah. Disini perlunya gereja tampil sebagai penyedia solusi bagi warga jemaat yang sedang membutuhkan penghiburan, kekuatan serta pemecahan masalah secara teologis dan bertanggung jawab, bukannya malah menjadikan dirinya "obat bius" bagi jemaatnya tapi sebenarnya tidak menyelesaikan apa-apa.
2. Pemalsuan setan
Perlu diingat bahwa bahasa roh bukanlah sesuatu yang unik milik orang Kristen kharismatik, tetapi bisa juga terjadi di kalangan bukan Kristen, bahkan jauh sebelum timbulnya gerakan kharismatik, pada abad 11 BC di Mesir diketemukan catatan adanya perkataan-perkataan serupa bahasa roh sekarang ini (tanpa arti) yang merupakan praktek dari nabi-nabi kafir.
Demikian pula di dunia Yunani kuno ditemukan bukti bahwa seorang nabiah dari Delfi dan imam
wanita Sang Sibil berkata-kata dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti. Hal ini seharusnya membuat kita berhati-hati terhadap karunia-karunia Roh Kudus. Bahasa roh adalah salah satu dari karunia-karunia Roh Kudus. Disebut "karunia" karena pemberian Roh itu digunakan untuk kepentingan bersama (1 Kor 12:7) atas "kehendak Roh Kudus" (1 Kor 12:11). Allah bukanlah seperti manusia yang bisa merasa terpaksa memberi karena direngek-rengek atau dirayu atau diminta dengan paksa. Jikalau Allah tidak menghendaki memberi karuniaNya namun kita terus meminta bahasa roh itu, bisa jadi iblis yang memberikannya.
C.2. Beberapa Catatan
1. Jikalau bahasa roh mempunyai kegunaan untuk menerima kepenuhan Roh, maka tentunya ajaran yang penting ini akan dituliskan juga oleh Paulus dan para rasul yang lain dalam surat-suratnya, seperti halnya dengan ajaran tentang "kasih". Atau paling tidak disinggung juga dalam Roma 12 dan Efesus 4 yang berbicara tentang karunia-karunia dalam jemaat. Tetapi nyatanya pada kedua pasal itupun Paulus tidak berbicara apa-apa tentang karunia bahasa roh, padahal saat itu Paulus sedang menekankan kegunaan karunia-karunia roh bagi jemaat.
Lagipula jika bahasa roh itu penting dan untuk menyatakan tingkat kerohanian seseorang kenapa kog hanya terjadi pada gereja-gereja tertentu (aliran kharismatik) saja dan tidak terjadi pada gereja lain ? Kenapa tokoh-tokoh sejarah gereja seperti Martin Luther, John Calvin, dan juga pengkhotbah serta teolog seperti Pdt. Stephen Tong, Pdt. Eka Darmaputera, Pdt. John R.W. Stoot, dll. tidak pernah berbahasa roh, namun siapa yang dapat menyangkal bahwa Tuhan tidak menyertai pelayanan mereka ? Bahkan lebih jauh lagi, dalam Alkitab ada catatan : Yohanes Pembaptis penuh dengan Roh Kudus (Luk 1:15) tetapi tidak berbahasa roh. Demikian pula dengan Zakaria (Luk 1:6-7), Elizabeth (Luk 1:41), Stefanus (Kis 6:5; 7:55), Paulus (Kis 9:17-18; 13:9), Barnabas (Kis 11:24), murid-murid (Kis 13:52), bahkan juga – kalau boleh kita katakan, Yesus sendiri.
2. Bahasa roh yang terjadi sekarang ini tidak menjamin kerohanian orang yang mengucapkannya. Secara pribadi saya mengenal orang yang pernah berbahasa roh, tetapi kehidupan keluarganya tidak baik dan tidak bisa menjadi teladan. Kenapa bisa begitu?
Karena bahasa roh yang dilakukannya itu bukanlah karunia dari Roh Kudus tetapi merupakan ekspresi kejiwaannya. Dia meniru-niru orang lain berbahasa roh dan belajar (les/kursus) bahasa itu. Namun sekalipun bahasa roh itu benar dari Roh Kudus, tetap adalah "karunia" dan bukan "buah". Seorang yang sudah dipenuhi Roh harus membuktikannya melalui kharakter yang semakin hari semakin serupa dengan Kristus, bukannya melalui karunia-karunia yang dimilikinya. Untuk apa orang Kristen memiliki dan membanggakan karunianya yang spektakuler tapi tidak memiliki kharakter/buah Roh yang memuliakan nama Tuhan (ingat Mat 7:22-23, 1 Kor 13:1-3).
3. Jikalau bahasa roh itu dipahami sebagai bahasa yang tidak dimengerti oleh manusia, maka ada
satu (dan satu-satunya) "bahasa roh" yang benar disaksikan oleh Alkitab yaitu :
"Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus" – Roma 8:26-27 Terkadang begitu beratnya pergumulan hidup seseorang, sehingga terasa tidak sanggup lagi mengungkapkannya melalui kata-kata dalam doa kepada Allah, barangkali hanya tetesan air mata saja, tetapi Roh Kudus mengerti apa yang kita pergumulkan. Dia yang menyelidiki hati nurani kita mengerti "doa tanpa kata-kata" itu, karena Roh membantu kita berdoa. Itulah pengertian bahasa Roh ((Roh Kudus).
Bahan Kepustakaan :
1. The NIV Interlinear Greek-English New Testament
2. Baker’s Dictionary of Theology
3. Hikmat Di dalam Kristus – Warren W. Wiersbe
4. Diktat kuliah : Allah Roh Kudus – Dr. Caprili Guanga
5. Apakah Kharismatik itu ? – John F. Mac Arthur, Jr.
6. Inti Ajaran Alkitab 1 – Alban Douglas
7. Makalah tentang Bahasa Roh – Pdt. Dr. Bob Jokiman
8. Makalah tentang Karunia Roh – Dr. Daniel Lucas Lukito
9. Tafsiran Kisah Para Rasul – H. van den Brink
inspiration and copyright to Pdt.Samuel Lie (http://www.kristenonline.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar